Harga minyak turun lebih dari 3% pada perdagangan Kamis (2/5) waktu setempat. Hal itu didorong oleh pernyataan Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, yang mengecilkan prospek pengurangan produksi OPEC+ lebih lanjut pada pertemuan pekan depan.
Minyak mentah Brent berjangka turun US$ 2,10 atau 2,7% menjadi US$76,25 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate atau WTI AS ditutup turun US$ 2,51 atau 3,4% menjadi US$71,83. Kedua indeks acuan tersebut sempat turun lebih dari US$ 3 pada titik terendah sesi perdagangan kemarin.
Harga minyak mulai turun setelah Novak mengatakan bahwa OPEC+ kemungkinan tidak akan kembali memangkas produksi minyak.
"Saya kira tidak akan ada langkah baru, karena baru sebulan yang lalu keputusan tertentu dibuat mengenai pengurangan sukarela produksi minyak oleh beberapa negara," kata Novak seperti dikutip oleh surat kabar Izvestia, melalui Reuters, Jumat (26/5).
Dalam beberapa hari terakhir, produsen OPEC+ terkemuka telah memberikan serangkaian pesan yang bertentangan tentang langkah kebijakan minyak berikutnya. Hal ini membuat pasar sulit untuk memprediksi hasil pertemuan berikutnya.
Pada Selasa (23/5), harga minyak menguat ketika menteri energi Arab Saudi memperingatkan bahwa short-seller yang bertaruh harga minyak akan turun harus "hati-hati terhadap rasa sakit".
Hanya seminggu sebelum komentar Pangeran Abdulaziz, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pengurangan produksi minyak diperlukan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu.
Penurunan harga minyak juga dipicu oleh aksi ambil untung para investor mengalami kenaikan berturut-turut dalam tiga sesi sebelumnya.
Berikut pergerakan harga minyak dalam tiga bulan terakhir, seperti tertera dalam grafik.