SKK Migas melaporkan capaian minyak terangkut atau lifting minyak semester I 2023 mencapai 615.500 barel per hari (bph) atau 99,5% target dari paruh tahun 618.700 bph. Sementara itu, lifting gas mencapai 5.308 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau 99,7% dari target 5.322 MMscfd.
Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf, mengatakan lifting minyak semester ini lebih tinggi 2% dari torehan periode yang sama tahun lalu. Adapun lifting gas turun 0,3%. "Untuk lifting minyak lebih baik dari semester pertama tahun lalu," ujarnya dalam Konferesi Kinerja Hulu Migas Semester I 2023 pada Senin (18/7).
Lifting migas semester I dicapai di tengah kendala ketersediaan rig dan tenaga kerja. Nanang mengatakan hal ini juga berdampak pada belum optimalnya serapan investasi di sektor hulu migas.
Realisasi investasi sektor hulu migas sebesar US$ 5,7 miliar, lebih tinggi dari capaian semester I 2022 sebesar US$ 4,7 miliar. Adapun target investasi sepanjang tahun ini adalah US$ 15,5 miliar atau lebih tinggi 28% dari realisasi tahun 2022. "Investasi terkendala pengeboran sumur karena safety stand-down," ujar Nanang.
SKK Migas juga melaporkan realisasi pengeboran sumur pengembangan periode Januari hingga Juni 2023 mencapai 354 sumur atau 35,7% dari target tahunan. Adapun proyeksi pengeboran hingga akhir tahun hanya mencapai 864 sumur karena keterbatasan rig dan tenaga kerja.
Sementara itu, Reserve Replacement Ratio (RRR) semester pertama 2023 mencapai 52,9% dan memberikan penambahan cadangan setara dengan 340 juta barel setara minyak (MMBOE) dengan proyeksi hingga akhir tahun mencapai 138,3%.
Pada kesempatan tersebut, Nanang menjelaskan penerimaan negara dari sektor hulu migas sepanjang semester pertama 2023 mencapai US$ 6,75 miliar. Lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 9,7 miliar
Berdasarkan laporan Kementerian ESDM, pada 2022 realisasi lifting minyak bumi Indonesia mencapai 612.000 barel per hari (bph). Kemudian lifting gas bumi pada 2022 mencapai 955.000 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/BOEPD).
Realisasi lifting migas tersebut turun dibanding 2021, sekaligus menjadi level terendah dalam 13 tahun. Menurut Tenaga Ahli Bidang Energi Kantor Staf Presiden (KSP) Hageng Suryo Nugroho, lifting migas Indonesia turun karena dipengaruhi kondisi lapangan migas dan fasilitas produksi yang sudah tua.
"Seharusnya sudah ada lapangan-lapangan minyak baru yang dibuka untuk meningkatkan capaian produksi. Namun karena membutuhkan investasi yang sangat besar, maka yang bisa dilakukan hanya memaksimalkan lapangan yang masih ekonomis untuk diproduksi," kata Hageng dalam siaran pers di situs resmi KSP (13/10/2022).