Badan Atom Internasional Pantau Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima

123rf.com/Vaclav Volrab
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir, PLTN
Penulis: Lavinda
28/8/2023, 15.27 WIB

Badan Tenaga Atom Internasional atau IAEA berjanji akan terus mengawasi proses pembuangan air limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN Fukushima ke laut di Jepang. Saat ini, IAEA mengumpulkan sampel air secara independen.

Dalam cuitannya di media sosial X, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi melaporkan IAEA telah melakukan verifikasi untuk pembuktian penelitian. Menurut kesimpulan, kadar tritirum dalam air limbah yang dilepaskan ke laut jauh di bawah batas operasional.

Kesimpulan itu didapat berdasarkan pengambilan sampel terbaru di Fukushima Daiichi.

"Kami akan melanjutkan pengambilan sampel dan pemantauan independen hingga selesai," tulis Grossi pada akun media sosialnya, dikutip Senin (28/8).

Dia menegaskan IAEA akan memantau PLTN tersebut secara berkelanjutan, sampai seluruh proses pembuangan air limbah radioaktif selesai.

“Hari ini saya menegaskan kembali kepada Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa kami akan berada di sana sampai tetes terakhir habis," ujar Grossi.

Pada Juli 2023, IAEA mengatakan dampak radiologi terhadap manusia dan lingkungan dalam proses pelepasan limbah nuklir dari Fukushima bisa diabaikan.

Namun, pernyataan tersebut tidak serta merta mendukung keputusan pemerintah Jepang untuk membuang air limbah radioaktif tersebut. Aksi pemerintah Jepang ini mengundang kritik dan kecaman dari berbagai negara, terutama negara tetangga dan wilayah yang berbatasan langsung dengan Tokyo.

Pemerintah Jepang mengabaikan penolakan dari komunitas nelayan lokal dan Cina dengan mulai membuang air limbah nuklir dari PLTN Fukushima pada 24 Agustus lalu.

Pada tahap pertama, operator Tokyo Electric Power Company (TEPCO) akan mengencerkan sekitar 7.800 ton air olahan dengan air laut, dan air limbah tersebut akan dikeluarkan selama 17 hari berturut-turut.

TEPCO telah mengisi fasilitas, yang disebut poros pembuangan vertikal, dengan air yang telah diolah dan diencerkan. Setiap ton air yang diolah dicampur dengan sekitar 1.200 ton air laut. Terdapat sekitar 1,3 juta ton air olahan di kompleks TEPCO.

Operator kehabisan kapasitas penyimpanan sehingga memaksa Jepang membuang air tersebut ke laut.