Pembangunan gardu listrik induk berteknologi Gas Insulated Switchgear alias GIS untuk mengatur distribusi listrik di Ibu Kota Nusantara atau IKN, khususnya kawasan induk pusat pemerintahan, sudah mencapai 50%.
“GIS 4 KIPP/Sepaku 150 kV atau GIS 4 IKN menunjukkan progres pembangunan yang positif,” kata General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan Kalimantan Bagian Timur Raja Muda Siregar dalam keterangan pers, Senin (27/11).
“Jadwal berikutnya yakni pemasangan peralatan di Maret hingga April 2024. Target kami sudah COD alias Commercial Operation Date, beroperasi pada Mei 2024,” Raja menambahkan.
Hal tersebut dimungkinkan karena sejumlah pekerjaan dasar struktur dan fondasi bangunan selesai 100%. Rencana pekerjaan selanjutnya yaitu penguatan struktur, pengecoran balok dan pemasangan peralatan elektromekanik di sejumlah area, termasuk pengecoran fondasi switchyard trafo, meratakan tanah untuk lahan parkir, dan menguji tekan beton.
Raja menambahkan, GIS 4 IKN menjadi bagian dari empat infrastruktur ketenagalistrikan yang masuk dalam stream 1 atau menjadi tanggung jawab PLN UIP KLT.
Selain GIS 4, terdapat proyek pembangunan Gardu Induk atau GI 150 kV Kariangau Ext 2 LB Arah GIS 4 IKN/Sepaku, jalur transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi alias SUTT 150 kV dari Kariangau ke Landing Point GIS 4 IKN/Sepaku, dan SKTT/SUTT 150 kV Landing Point GIS 4 KIPP ke GIS 4 IKN/Sepaku.
Raja juga menjamin GIS 4 IKN akan menjadi salah satu daya dukung kelistrikan yang andal. GIS dipilih sebagai substansi sistem tenaga listrik lantaran menggunakan gas isolasi, yaitu sulfur hexafluoride (SF6) yang memiliki sifat menolak listrik yang sangat baik.
Selain itu, dari sisi konstruksi GIS lebih kompak, sehingga membutuhkan ruang fisik bangunan yang lebih kecil.
“GIS juga lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrem seperti cuaca buruk, polusi, dan gempa bumi. Keandalannya tinggi karena isolasi gas tidak dipengaruhi oleh kelembaban atau polusi,” ujar Raja.
Pembandingnya yakni gardu induk biasa yang menggunakan sistem AIS alias Air Insulated Substation, yang menggunakan udara sebagai medium isolasi. Konduktor dan peralatan lainnya terpapar langsung ke udara sehingga AIS lebih rentan terhadap kondisi lingkungan ekstrem.
“Kinerja AIS dapat dipengaruhi oleh kelembaban, polusi, dan faktor lingkungan lainnya,” katanya.
GIS juga memerlukan pemeliharaan yang lebih sedikit. Sebab isolasi gas tidak membutuhkan perawatan rutin dan umumnya memiliki umur layanan yang lebih lama.
Sementara itu, AIS membutuhkan lebih banyak pemeliharaan karena komponen yang terpapar langsung ke udara dapat mengalami degradasi lebih cepat.
“GIS menjadi jawaban atas tugas yang diberikan kepada PLN dalam membangun sistem kelistrikan dengan konsep IKN yang mengedepankan listrik yang smart,” ujar Raja.
Saat ini sistem kelistrikan di wilayah Kalimantan Timur dalam Sistem Mahakam telah tersambung dengan Sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Seluruhnya mampu menghasilkan daya 2.369 Mega Watt (MW) atau surplus jauh di atas beban puncak saat ini 1.545 MW.