Kementerian ESDM Gandeng BRIN untuk Penyiapan WIUP dan WPN

Dok. Badan Riset dan Inovasi Nasional
Ilustrasi, Gedung BRIN.
Penulis: Agung Jatmiko
7/1/2024, 16.13 WIB

Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN.  Kerja sama ini berupa inventarisasi, eksplorasi, dan penyiapan wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) dan wilayah pencadangan negara (WPN) mineral radioaktif, logam tanah jarang, dan mineral lainnya.

Secara spesifik, kerja sama ini dilakukan oleh Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTDBBNLR), dan Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM.

Kepala PRTDBBNLR BRIN Syaiful Bakhri mengatakan, pihaknya memiliki kemampuan untuk menginventarisasi, teknologi untuk mengeksplorasi, serta menemukan sumber daya mineral khususnya uranium, torium dan mineral ikutannya. Menurutnya, kemampuan ini bisa disinergikan dengan Kementerian ESDM, baik dari sisi sumber daya manusia, dari sisi infrastruktur, maupun dari sisi hilirisasi hasil riset.

Ia menjelaskan, riset yang telah dilakukan BRIN sejauh ini, adalah eksplorasi mineral radioaktif sejauh ini, termasuk penerapan metodologi. Selain itu, BRIN juga memiliki pemetaan mengenai wilayah mana yang mengandung uranium, torium, dan mineral ikutan lainnya sebagai mineral strategis.

"Hal itu bisa kita sampaikan kepada KESDM selaku pihak yang berwenang sebagai walidata mineral, batubara, dan panas bumi," kata Syaiful, dalam keterangan resmi, Minggu (7/1).

Ia menjelaskan, terdapat dua kelompok riset di PRTDBBNLR BRIN yang terlibat dalam kerja sama ini. Pertama, kelompok riset (Kelris) Teknologi Geologi Nuklir, yang menggunakan teknologi nuklir untuk mencari uranium dan torium.

Kelris ini berusaha untuk menginventarisasi potensi dan sumber daya uranium dan torium di Indonesia, yang juga menghasilkan data potensi dan sumberdaya mineral lainnya.

Kedua, Kelris Teknologi Pengolahan Bahan Baku Nuklir, yang akan melakukan penelitian untuk pengembangan di bidang pengolahan uranium, torium dan logam tanah jarang dari berbagai jenis batuan di indonesia.

Sejauh ini, ada sekitar 89 ribuan ton uranium dan 140 ribuan ton torium yang sudah diinventarisasi potensinya di Indonesia oleh BRIN. Bahkan, bukan sekadar uranium dan torium saja yang telah diinventarisasi, melainkan juga logam tanah jarang atau rare earth metals. Menurut Syaiful, hal ini menjadi data yang sangat penting bagi Kementerian ESDM.

Sebagai informasi, logam tanah jarang atau unsur logam langka adalah kumpulan 17 unsur kimia. Di antaranya, scandium, yttrium, dan golongan lantanida yang penggunaannya sangat dibutuhkan dalam pengembangan industri dan teknologi tinggi.

Scandium misalnya, digunakan sebagai komponen pesawat terbang dan zat aditif untuk lampu merkuri. Kemudian lantanum sebagai bahan penyusun indeks retraktif tinggi, anti bradar dan elektroda baterai. Selanjutnya, serium sebagai pemoles warna kuning pada kaca dan keramik, serta unsur-unsur lainnya yang nilai ekonominya sangat tinggi.

PRTDBBNLR-BRIN memiliki beberapa target tahun ini, berupa karya tulis ilmiah (KTI), publikasi, paten, dan lisensi, yang akan dikomunikasikan dengan pusat riset lainnya yang ada di BRIN. Sementara, untuk pendanaannya berasal dari eksternal yang harus diperoleh dan dikelola