Kepala SKK Migas berkelakar ketika menyinggung proyek Abadi LNG Blok Masela. Proyek strategis nasional (PSN) ini baru sekitar akhir Desember 2023 lalu melaksanakan seremonial kick-off dimulainya kembali proyek setelah mandek lebih dari dua dekade.
“Ada Inpex dengan nama proyeknya saja yang mungkin kurang pas ya, namanya Abadi. Jadi makanya proyeknya juga abadi, tidak selesai-selesai,” kata Dwi saat konferensi pers kinerja 2023 di kantornya pada Jumat (12/1).
Dwi menjelaskan, Proyek Abadi Masela pada 2023 menunjukkan perkembangan setelah beberapa tahun proyek tersebut terhenti. Dwi menyebutkan alasan terhentinya proyek tersebut dikarenakan tiga aspek, salah satunya adalah pandemi covid-19.
“Namun pada akhir tahun kemarin sudah diselesaikan semua, baik penjualan PI (participating interest) Shell, kemudian juga masuknya carbon capture storage (CCS), review rencana pengembangan (POD) yang sudah disetujui,” ujarnya.
Dwi juga menyampaikan bahwa pada Desember 2023 telah dilakukan kickoff Proyek Abadi Masela. “Mudah-mudahan kick off-nya, bolanya menggelinding ke depan. Kami targetkan onstream pada 2029,” ucapnya.
Sebagai informasi, Proyek Masela ini sudah menjadi PSN sejak September 2017. Blok Masela diperkirakan dapat menghasilkan 9,5 mtpa atau juta ton LNG per tahun, dengan gas pipa mencapai 150 MMscfd, serta 35 ribu barel kondensat per hari (bcpd).
Sebelumnya, Acting of Executive Director Inpex Masela Jakarta, Henry Banjarnahor menyebut ada beberapa hal yang akan dilakukan sepanjang 2024. Mulai dari akuisisi lahan (land acquisition) bagi area non hutan, kemudian penyelesaian persetujuan analisis dampak lingkungan (AMDAL) yang sebelumnya sudah dimulai sejak 2023.
Pada 2024 juga akan dilakukan front end engineering design (FEED) atau gelar tender serta commencement. Beberapa rencana 2024 ini merupakan tindak lanjut dari capaian kerja yang dilakukan pada 2023 sebelumnya.
Untuk diketahui, revisi kedua rencana pengembangan POD Blok Masela sebelumnya telah disetujui oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 28 November 2023. “Cakupan utamanya adalah adanya CCS yang sudah disetujui pada November lalu,” jelas Dwi.
Carbon capture storage (CCS) dalam proyek ini memiliki kapasitas hingga 1,2 giga ton dengan kemampuan injeksi CO2 sebesar 71-80 juta ton.
Adanya CCS ini, menurut SKK Migas menandai bahwa adanya keberpihakan serta kontribusi pada industri hulu migas dalam mengurangi emisi karbon serta mendukung pemerintah untuk mencapai target net zero emission pada 2060.
Proyek lapangan abadi ini ditargetkan dapat onstream pada kuartal IV 2029 dan nantinya dapat melakukan pengiriman cargo LNG perdananya pada kuartal pertama 2030. “Jika proyek ini dapat diselesaikan lebih cepat, maka dapat menambah penerimaan negara hingga mendukung kebutuhan gas domestik,” kata dia.
Untuk diketahui, Proyek Masela semakin menunjukkan titik terang berkat terbentuknya konsorsium baru pengelola blok tersebut. Tidak hanya Inpex, Pertamina Hulu Energi Masela dan Petronas juga turut ambil bagian dalam lapangan gas abadi tersebut.