Kementerian ESDM menargetkan tujuh proyek pembangunan smelter akan rampung pada tahun ini. Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Suswantono mengatakan, sebagian besar dari smelter tersebut telah mencapai pembangunan 100%.
“Sampai akhir 2023 telah tercapai lima unit dari target yang ditetapkan tujuh unit smelter yang terintegrasi,” kata Bambang dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa (16/1).
Lima proyek yang telah mencapai kemajuan proyek 100% antara lain ekspansi smelter milik PT Aneka Tambang di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara yang telah terbangun dan menjalani kegiatan produksi sejak 1976 dan 2007.
Kemudian ada ekspansi smelter PT Vale Indonesia di Sulawesi Selatan yang merupakan pemegang Kontrak Karya dan menghasilkan produk Nickel Matte. Vale telah membangun dan mengoperasikan smelter ini sejak 1978 dan 2011.
Lalu ada PT Wanatiara Persada di Maluku Utara telah terbangun dan beroperasi menghasilkan Ferronickel sejak 2019. Selanjutnya smelter PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara yang merupakan smelter Nickel Pig Iron (NPI) di Maluku Utara. Smelter ini telah terbangun sejak 2015, namun saat ini berhenti beroperasi karena tingginya biaya produksi (biaya bahan baku kokas).
Terakhir, smelter PT Weda Bay Nickel di Maluku Utara telah beroperasi sejak 2020. Selain lima nama tersebut, ada juga dua proyek smelter yang saat ini kemajuan proyeknya masih di angka 90%.
Ada smelter milik PT ANTAM (proyek P3FH) di Maluku Utara, yang saat ini sedang dilakukan lelang pembangunan power plant 7. Progres kemajuan proyek ini telah mencapai 99,9%. Berikutnya ada smelter PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kalimantan Selatan yang merupakan smelter besi yang menghasilkan sponge ferro alloy dengan progres proyek mencapai 90,24%.
Pencarian Investor dan Izin Usaha Pertambangan
Selain tujuh proyek tadi, Bambang juga menyebut beberapa proyek smelter lain yang tengah berjalan. Seperti smelter bauksit di Ketapang, Pontianak, serta Sanggau. “Semua dalam proses pencarian investor untuk pendanaan, proses dalam pemulihan izin usaha pertambangan,” kata dia.
Tidak hanya di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, Bambang juga turut menyebut pembangunan smelter mineral di Pulau Jawa. “Kami lihat PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik itu tembaga,” ujarnya.
Sebagai informasi, proses konstruksi pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga Manyar milik PT Freeport Indonesia (PTFI) masih berlangsung. EVP External Affairs Freeport Indonesia Agung Laksamana mengatakan pembangunannya sudah menyentuh angka lebih dari 90%.
“Progres pembangunan smelter hingga akhir 2023 mencapai 90,5%,” ujar Agung kepada Katadata.co.id, Rabu (10/1).
Berdasarkan data empat bulan terakhir, progres pembangunan smelter Gresik ini mengalami peningkatan setiap bulan. Freeport melaporkan pada akhir Agustus lalu, pembangunan smelter ini sudah mencapai 75%. Lalu pada akhir September bertambah menjadi 79%, akhir Oktober menjadi lebih dari 80%, dan pada November sudah mencapai 83%.