CEO Chevron Michael Wirth mengatakan bahwa krisis di Laut Merah menimbulkan risiko serius terhadap pasokan dan harga minyak dunia. Menurutnya harga dapat berubah dengan cepat jika ketegangan menyebabkan gangguan pasokan besar-besaran di Timur Tengah.
“Ini adalah situasi yang sangat serius dan tampaknya semakin buruk,” kata Wirth dalam sebuah wawancara di Forum Ekonomi Dunia, di Davos, Swiss, seperti dikutip dari CNBC.com, Rabu (17/1).
Wirth mengatakan bahwa dia terkejut harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di bawah US$ 73 per barel di tengah kondisi yang tidak stabil seperti saat ini. “Karena risikonya sangat nyata,” ujarnya.
“Begitu aliran minyak dunia melalui wilayah tersebut yang harus dihentikan, saya pikir Anda bisa melihat banyak hal berubah dengan sangat cepat,” katanya menambahkan.
Meski menjadi jalur pelayaran yang berisiko, Wirth memastikan bahwa Chevron masih mengangkut minyak mentah melalui wilayah tersebut karena telah bekerja sama dengan angkatan laut As untuk pengamanan.
Saat ini minyak mentah Brent diperdagangkan di level US$ 77,05 per barel, turun US$ 1,24 atau 1,58% dibandingkan sesi sebelumnya. Sementara itu WTI diperdagangkan di level US$ 71,13 per barel, turun US$ 1,27 atau 1,75%.
Raksasa Migas Dunia Setop Pengiriman Melalui Laut Merah
Sementara itu perusahaan minyak utama Inggris, Shell dilaporkan telah menangguhkan pengiriman melalui Laut Merah. Sebelumnya, BP lebih dulu menghentikan pengiriman melalui titik perdagangan penting ini.
Beberapa perusahaan tanker besar, yang mengangkut produk minyak bumi seperti bensin dan minyak mentah, menghentikan lalu lintas menuju Laut Merah mulai Jumat (12/1).
Militan Houthi, yang berbasis di Yaman dan bersekutu dengan Iran, telah berulang kali menyerang kapal komersial di Laut Merah sebagai tanggapan terhadap perang Israel di Gaza. Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran Houthi di Yaman untuk mengamankan jalur tersebut.
Pusat Komando Militer AS melaporkan bahwa Kelompok Houthi terus melancarkan serangan meskipun ada serangan yang dipimpin AS. Para militan pada hari Selasa meluncurkan rudal balistik antikapal yang menghantam kapal tanker berbendera Malta di Laut Merah.
Analis pasar minyak dan geopolitik mengatakan risiko terbesar terhadap pasokan energi akan terjadi jika ketegangan di Timur Tengah berubah menjadi konflik regional yang mengganggu aliran minyak mentah keluar dari Selat Hormuz.
Sekitar 7 juta barel minyak mentah dan produknya transit di Laut Merah setiap hari, dibandingkan dengan 18 juta barel yang transit di Selat Hormuz, menurut data dari perusahaan analisis perdagangan Kpler.
Goldman Sachs telah memperingatkan bahwa gangguan yang berkepanjangan di Selat Hormuz dapat melipatgandakan harga minyak, meskipun mereka menilai peluang skenario tersebut sangat kecil untuk terjadi.
Wirth mengatakan dua kapal Chevron diserang oleh Angkatan Laut Iran tahun lalu, salah satunya dibajak oleh pasukan komando dan dibawa ke pelabuhan Iran dan yang lainnya terbakar selama empat jam sampai Angkatan Laut AS turun tangan.
Iran menyita sebuah kapal tanker minyak pekan lalu di Teluk Oman. Kapal tanker berbendera Kepulauan Marshall, St. Nikolas, sebelumnya terlibat dalam perselisihan antara AS dan Iran mengenai minyak mentah yang dikenai sanksi.