Harga Minyak Tak Sesuai Harapan, OPEC Pangkas Produksi Hingga Juni

Katadata
OPEC mempertimbangkan untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak hingga Juni 2024, untuk mengerek harga minyak.
Penulis: Mela Syaharani
28/2/2024, 16.34 WIB

OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau lebih dikenal dengan sebutan OPEC+, mempertimbangkan untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak secara sukarela hingga kuartal kedua tahun ini. Hal ini lantaran harga minyak yang masih belum sesuai harapan kartel minyak dunia ini.

November lalu, OPEC+ menyetujui pemangkasan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun ini. Pemangkasan ini dipimpin atau diawali oleh Arab Saudi yang menghentikan pemangkasan sukarela mereka.

Harga minyak naik pada tahun ini akibat meningkatnya ketegangan geopolitik karena serangan oleh kelompok Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Namun kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi dan suku bunga yang tinggi membebani harga. Harga Brent mendekati US$ 83 per barel pada hari Selasa (27/2).

Menurut salah satu sumber OPEC+ yang menolak disebutkan namanya, perpanjangan pemangkasan produksi hingga kuartal kedua "mungkin" terjadi. "Perpanjangan yang lebih lama hingga akhir tahun mungkin saja dilakukan," kata sumber lainnya, seperti dikutip Reuters, Rabu (28/2).

Terkait kabar pemangkasan ini, OPEC dan Kementerian Energi Saudi enggan memberikan tanggapan. Di bawah kesepakatan saat ini, total pemotongan oleh kelompok tersebut ditetapkan untuk turun 3,66 juta bph dari awal April.

Pemimpin de facto OPEC+, Arab Saudi, telah mengatakan bahwa pemangkasan ini dapat berlanjut melewati kuartal pertama jika diperlukan. Kendati demikian, dua sumber Reuters mengatakan isu ini belum dibahas secara resmi oleh OPEC+.

Beberapa sumber lainnya menyebutkan, sebuah keputusan mengenai perpanjangan pemangkasan diperkirakan akan diambil pada minggu pertama Maret, dan masing-masing negara diperkirakan akan mengumumkan keputusan mereka.

OPEC+ telah menerapkan serangkaian pemangkasan produksi sejak akhir 2022 untuk mendukung pasar. Di tengah meningkatnya produksi dari Amerika Serikat (AS) dan produsen non-anggota lainnya serta kekhawatiran atas permintaan karena negara-negara besar bergulat dengan suku bunga tinggi yang bertujuan untuk mengekang inflasi.

OPEC+ menghadapi banjir produksi AS yang telah menjadi pemasok minyak dan gas alam cair terbesar di Eropa setelah sanksi Rusia dan gangguan pasokan di Timur Tengah akibat serangan di Laut Merah.

Prospek permintaan minyak tidak pasti untuk tahun ini. OPEC memperkirakan pertumbuhan permintaan yang relatif kuat sebesar 2,25 juta bph yang dipimpin oleh Asia. Sementara Badan Energi Internasional memperkirakan pertumbuhan yang jauh lebih lambat sebesar 1,22 juta barel per hari.

Reporter: Mela Syaharani