Perusahaan-perusahaan minyak dan gas utama dunia seperti ExxonMobil, Shell, Chevron, BP, TotalEnergies, dan Eni, meningkatkan eksplorasi di laut dalam untuk meningkatkan cadangan minyak, meski dengan anggaran yang lebih ketat.
Rystad Energy melaporkan bahwa raksasa minyak global ini menghabiskan rata-rata anggaran secara gabungan US$ 7 miliar, sekitar Rp 110 triliun, per tahun pada 2020-2024. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode empat tahun sebelumnya yang mencapai US$ 10 miliar per tahun.
Meskipun dengan anggaran yang lebih ketat, terjadi peningkatan aktivitas pengeboran, khususnya di proyek perairan dalam di Atlantic Margin, Mediterania Timur, dan Asia.
“Tahun lalu terjadi peningkatan signifikan dalam luas wilayah yang diberikan kepada pemain utama dunia dengan luas total 112 ribu kilometer persegi, meningkat 20% dari tahun sebelumnya,” tulis laporan Rystad Energy seperti dikutip Oilprice.com, Jumat (1/3).
Rystad juga melaporkan bahwa blok-blok migas yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan tersebut berada di lepas pantai, dengan 39% berada di segmen landas, 28% di perariran dalam, dan 33% sisanya di perairan ultra-dalam.
“Tren ini menunjukkan adanya dorongan signifikan menuju perairan yang lebih dalam, dengan lebih dari separuh blok yang diberikan menargetkan cadangan di perairan dalam atau ultra dalam,” tulis Rystad Energy.
Perusahaan konsultan energi global ini memperkirakan jumlah eksplorasi laut dalam tahun ini lebih banyak 50 sumur dibandingkan tahun 2023. Sekitar 27% dari seluruh eksplorasi lepas pantai yang dibor tahun lalu adalah sumur perairan dalam/ultra-dalam, meningkat menjadi 35% tahun ini.
“Ketika perusahaan-perusahaan besar memperketat anggaran keuangan mereka, mereka dengan hati-hati menjelajah ke perairan yang lebih dalam dan mengevaluasi kembali pendekatan mereka untuk eksplorasi wilayah terdepan,” kata Analis Senior Rystad Energy, Santosh Budankayala.
“Meskipun kami mengantisipasi mereka untuk menilai dan mematangkan areal perbatasan mereka, kami juga berharap mereka untuk terus fokus pada wilayah yang sudah mereka kenal, wilayah dengan keahlian mapan dan infrastruktur yang menawarkan monetisasi lebih cepat dengan risiko lebih rendah,” ujarnya menambahkan.
Daftar Proyek Eksplorasi Raksasa Migas Dunia
Rystad menyatakan bahwa Shell tetap menjadi pemain kunci dalam eksplorasi dan produksi perairan dalam, dengan proyek-proyek signifikan yang dijadwalkan untuk dilaksanakan tahun ini, khususnya di Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika.
Saat ini Shell sedang mengebor prospek ultra-dalam Pekaka di Blok SB 2W lepas pantai Sabah, Malaysia Timur. Prospek ini memiliki kesamaan dengan penemuan Tepat pada tahun 2022 di perairan dalam Blok M dan memiliki potensi besar untuk penemuan gas kondensat, selaras dengan strategi portofolio Shell yang berfokus pada gas di Malaysia.
Menyusul Pekaka, Shell akan melanjutkan eksplorasi perairan ultra-dalam di Blok SB X dengan prospek Bijak. Blok-blok ini dimenangkan Shell pada putaran lelang Malaysia tahun 2021.
Selain itu, pengeboran eksplorasi diantisipasi di wilayah paparan Sarawak, Malaysia Timur. Shell juga melanjutkan aktivitas penilaian di perairan Namibia untuk membuktikan lebih lanjut sejauh mana penemuan signifikannya, termasuk Graff.
BP juga mempunyai rencana eksplorasi perairan dalam di Afrika dan Amerika. Perusahaan ini bertujuan untuk mengebor beberapa sumur di Mesir, termasuk pengeboran penilaian di ladang gas dan kondensat Raven, serta pengeboran eksplorasi liar di konsesi lepas pantai King Mariout di Mediterania Barat.
Sumur Pau-Brasil milik BP menandai sumur pertamanya yang dioperasikan di Cekungan Santos di lepas pantai Brasil, memperluas kehadirannya di luar Cekungan Campos, yang sebelumnya merupakan mitra non-operasional Petrobras.
Chevron dan Shell secara kolaboratif mempelopori rencana pengeboran di lepas pantai Suriname di Blok 42, yang mengandung prospek karbonat Walker. Penemuan di blok ini berpotensi mendorong upaya eksplorasi lebih lanjut di Suriname, menambah cadangan hidrokarbon di Amerika Selatan.
Selain itu, Argerich-1, sumur ultra-dalam lepas pantai pertama di Argentina, di mana Shell memiliki 30% saham non-operasional, jika berhasil, akan memegang peran penting dalam menggambarkan keberhasilan eksplorasi laut dalam di wilayah tersebut.