Pasar Cemaskan Keputusan Kebijakan Pasokan OPEC+, Harga Minyak Naik 1%

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/tom.
Petugas melakukan pengecekan meter flow fuel instrument di Stasiun Pengumpul ABG Pertamina EP Jatibarang Field di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).
Penulis: Happy Fajrian
1/3/2024, 18.54 WIB

Harga minyak naik 1% pada perdagangan di hari pertama bulan Maret, Jumat (1/3), dan bersiap untuk mencatatkan kenaikan mingguan hingga 3%. Dukungan terhadap harga karena pasar menunggu keputusan OPEC+ mengenai perjanjian pasokan untuk kuartal kedua sambil mempertimbangkan data ekonomi baru AS, Eropa, dan Cina.

Minyak Brent berjangka untuk bulan Mei naik 83 sen, atau 1,01%, menjadi US$ 82,74 per barel. Sedangkan kontrak berjangka Brent bulan April berakhir pada 29 Februari pada harga US$ 83,62 per barel.

Adapun West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan April naik 81 sen, atau 1,04%, menjadi US$ 79,07 per barel. Kedua kontrak tersebut diperdagangkan lebih tinggi US$ 1 per barel pada puncak hariannya.

WTI berada di jalur kenaikan 3,4% minggu ini, sementara setelah peralihan bulan kontrak, Brent sekitar 1,4% lebih tinggi dari harga penyelesaian minggu lalu.

“Meningkatnya kemungkinan OPEC+ yang dipimpin Saudi melanjutkan pengurangan pasokannya setelah kuartal pertama, dan berpotensi hingga akhir tahun 2024, kemungkinan akan menjaga harga minyak di atas US$ 80 per barel,” kata kepala analis sektor energi Bank DBS Suvro Sarkar, dikutip dari Reuters.

Keputusan untuk memperpanjang pengurangan produksi OPEC+ diharapkan terjadi pada minggu pertama bulan Maret, kata beberapa sumber, dan masing-masing negara diperkirakan akan mengumumkan keputusan mereka.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC memproduksi minyak 26,42 juta barel per hari (bph) pada bulan Februari, naik 90.000 bph dari bulan Januari.

Ekspektasi yang kuat terhadap Arab Saudi untuk mempertahankan harga minyak mentah yang dijualnya kepada pelanggan Asia tidak banyak berubah pada bulan April dari harga bulan Maret juga mendukung pasar pada hari ini.

Di sisi permintaan, aktivitas manufaktur Tiongkok menyusut selama lima bulan berturut-turut di bulan Februari, sebuah survei resmi menunjukkan.

Inflasi zona Euro turun pada bulan Februari menurut Eurostat, namun baik angka utama maupun inflasi inti, yang tidak memperhitungkan harga pangan dan bahan bakar yang bergejolak, tidak sesuai ekspektasi para analis.

Namun mendukung harga, indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS menunjukkan inflasi bulan Januari sejalan dengan ekspektasi para ekonom pada hari Kamis, memperkuat spekulasi pasar terhadap penurunan suku bunga bulan Juni.

“Proses disinflasi sedang berlangsung, oleh karena itu smart money saat ini sedang melakukan penurunan suku bunga pada bulan Juni,” kata analis PVM Tamas Varga dalam sebuah catatan.