Shell Berencana Tutup 1.000 SPBU Secara Global, Fokus ke EV Charging

Arief Kamaludin (Katadata)
Ilustrasi SPBU Shell.
Penulis: Happy Fajrian
27/3/2024, 18.21 WIB

Raksasa minyak dunia, Shell, berencana menutup 1.000 lokasi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) atau gas station miliknya di seluruh dunia selama dua tahun ke depan. Sebagai gantinya Shell akan fokus meningkatkan jumlah stasiun pengisian daya kendaraan listrik atau ev charging station.

“Kami meningkatkan jaringan ritel kami, dengan memperluas penawaran pengisian daya dan kenyamanan kendaraan listrik, sebagai respons terhadap perubahan kebutuhan pelanggan,” kata Shell dalam strategi transisi energi terbarunya, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/3).

“Secara total, kami berencana untuk mendivestasi sekitar 500 lokasi milik Shell (termasuk perusahaan patungan) setiap tahun pada tahun 2024 dan 2025,” kata Shell.

Perusahaan besar yang bermarkas di London ini mengatakan mereka akan fokus pada pengisi daya umum, meningkatkan jumlahnya menjadi 200.000 lokasi pada akhir dekade ini dari sebanyak 54.000 lokasi yang ada pada saat ini.

Perusahaan akan meluncurkan teknologi ini di Cina, lokasi di mana Shell mengoperasikan lebih dari separuh stasiun pengisian ulang baterai yang ada saat ini, dan di Eropa yang permintaannya meningkat pesat.

Seiring berkembangnya bisnis pengisian daya kendaraan listrik, Shell mengharapkan tingkat pengembalian internal sebesar 12% atau lebih tinggi. Perusahaan tidak memberikan rincian situs ritel mana yang akan didivestasi.

Huibert Vigeveno, yang memimpin bisnis hilir, energi terbarukan dan solusi energi Shell mengatakan pada bulan Juni lalu bahwa mengambil 500 lokasi per tahun setara dengan sekitar 4% dari lokasi yang dioperasikan Shell.

Beberapa waktu lalu Shell memperbarui strategi transisi energinya, dengan melemahkan target pengurangan emisi karbon untuk dekade mendatang, sambil tetap berpegang pada komitmen net-zero pada 2050.

Perusahaan juga memperkenalkan target baru untuk mengurangi emisi pelanggan dari penggunaan produk minyaknya sebesar 15% hingga 20% pada 2030, dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2021.

Sebagian besar produk minyak yang dijual Shell digunakan di sektor transportasi. Perusahaan memperkirakan bahwa sebanyak 20% dari produk tersebut digunakan untuk barang-barang non-energi seperti pelumas dan bahan kimia yang tidak menimbulkan emisi bagi pelanggan karena tidak terbakar.