Pertamina akan membuat simulasi pengembangan bagi proyek sumur migas non konvensional (MNK) di Blok Rokan, Riau.

“Termasuk nanti membicarakan dengan pemerintah mengenai model kontrak kerjanya,” kata Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro saat ditemui di Jakarta pada Senin malam (19/8).

MNK merupakan migas yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya dengan permeabilitas rendah (low permeability).

Wiko mengatakan proses pengembangan proyek migas ini sudah memasuki masa fracturing atau perekahan sumur. Dia menyebut, dalam proses ini menunjukkan hasil yang bagus.

Kendati demikian, Wiko menyebut Pertamina masih memerlukan waktu untuk dapat melakukan full development atau pengembangan penuh proyek MNK ini.

“Kalau semuanya sudah in place, tentu kami harus melakukan pemboran ratusan sumur lagi nanti saat sudah masuk tahap full development,” ujarnya.

Wiko menyebut, pihaknya saat ini masih belum bisa memperkirakan estimasi jumlah tambahan produksi dari sumur MNK yang ada di Rokan. “Masih terlalu dini karena baru fracturing. Nanti harus dibuat model reservoir-nya dahulu,” ucapnya.

Sebelumnya, SKK Migas melaporkan MNK di Blok Rokan, Riau telah selesai di bor. “Sudah selesai dua sumurnya yakni Kelok dan Gulamo,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto kepada Katadata.co.id pada Selasa (2/7).

Setelah di bor, Dwi mengatakan proses yang akan dilakukan setelahnya yakni fracturing atau pembuatan rekahan. “Fracturing dimulai pertengahan Juli 2024, dilaksanakan selama tiga bulan,” ujarnya.

Program MNK ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan menambah cadangan migas nasional dan upaya pencapaian target pemerintah yakni produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030.

Senada dengan Dwi, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Hulu Energi Arya Dwi Paramita juga membenarkan bahwa pengeboran kedua sumur sudah selesai.

"Untuk pengeboran sudah tuntas semua, sekarang masih dalam proses analisa," kata Arya saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (2/7).

Perbedaan mendasar antara hidrokarbon konvensional dan nonkonvensional adalah bahwa hidrokarbon konvensional terbentuk di batuan sumber dan bermigrasi ke batuan penyimpan (reservoir) sedangkan hidrokarbon nonkonvensional terbentuk dan tersimpan di batuan yang sama.

Oleh karena itu, hidrokarbon nonkonvensional tidak memerlukan struktur perangkap layaknya hidrokarbon konvensional. Selain itu, hidrokarbon nonkonvensional terperangkap pada batuan dengan porositas dan permeabilitas yang sangat rendah sehingga membutuhkan teknologi tinggi untuk mengeksploitasinya.

Reporter: Mela Syaharani