Liputan Khusus | Katadata Green COP29

Komitmen Dekarbonisasi, PLN Optimalkan Pendanaan Hijau dari Berbagai Sumber

Katadata
Direktur Keuangan PT PLN (Persero) Sinthya Roesly (kanan) berbicara dalam salah satu sesi di Paviliun Indonesia dalam ajang COP29 di Baku, Azerbaijan.
26/11/2024, 18.52 WIB

Direktur Keuangan PT PLN (Persero) Sinthya Roesly dalam gelaran COP29 menyampaikan, Indonesia telah memiliki komitmen untuk menekan emisi dari sektor kelistrikan. Namun, dibutuhkan kerja sama yang kuat dengan lembaga-lembaga internasional dan swasta untuk memastikan proses transisi energi dapat berjalan.

“Indonesia punya komitmen net zero emission (NZE), tapi butuh rambu-rambu atau persyaratan [investasi berkelanjutan] yang jelas supaya investasi di sektor ini tidak terhambat,” ujar Sinthya pada sesi bertajuk Fostering and Enabling Innovative Climate Finance Mechanism yang berlangsung di Paviliun Indonesia di Baku, Azerbaijan, Selasa (12/11).

Menurutnya, persyaratan tersebut dibutuhkan agar ada pendanaan untuk mendorong transisi sumber pembangkitan listrik di Indonesia. Saat ini, sekitar 55 persen listrik Indonesia masih berasal dari pembangkit yang dijalankan oleh sumber energi batu bara.

Sinthya mengatakan, untuk mengembangkan infrastruktur energi terbarukan kebutuhan investasi PLN pada tahun 2025-2030 mencapai lebih dari US$100 miliar. Menurutnya, pembiayaan ini bisa didapatkan dari bank multilateral dan bilateral; sektor swasta melalui independent power producer; serta keuangan campuran atau blended finance.

Namun, PLN juga harus menghadirkan proyek-proyek yang selaras dengan persyaratan investasi berkelanjutan. Menurutnya PLN menyiapkan ratusan proyek. ”Kita membutuhkan US$80 miliar untuk proyek pembangkit dan US$30 miliar untuk proyek transmisi termasuk smart grid,“ kata Sinthya.

Adapun hingga saat ini, PLN telah mengamankan pendanaan dari sejumlah sumber yakni pendanaan hijau sebesar US$2,9 miliar, US$4,8 miliar dari Asian Development Bank lewat skema energy transition mechanism, dan beberapa potensi pendanaan lain sebesar US$46,9 miliar.

“Kita harus mendorong terus upaya untuk menutup celah antara dana yang tersedia dan yang dibutuhkan, dan adanya platform untuk kolaborasi antarpihak,“ kata Sinthya.

Namun Sinthya menekankan, kebutuhan investasi ini harus didampingi dengan perhitungan dampak lingkungan dan sosial. PLN juga butuh kejelasan persyaratan pendanaan berkelanjutan agar mendapatkan akses pendanaan hijau.

Dengan persyaratan yang jelas, maka PLN dapat mengimbangi ekspektasi global dan investor yang mau menanamkan modal ke proyek-proyeknya.

“Jadi investasi tidak hanya untuk proyek-proyek yang menguntungkan, tetapi juga unsur-unsur yang diperhatikan oleh investor yang melirik proyek kita,” katanya. 

COP adalah konferensi tahunan PBB di bidang iklim yang dihadiri oleh semua negara anggota konvensi. Tahun ini COP telah memasuki masa penyelenggaraan ke-29 yang berlokasi di Baku, Azerbaijan. Berlangsung selama 11-22 November 2024, COP kali ini berfokus pada pembiayaan iklim untuk mengurangi emisi global. 

Liputan khusus COP 29 Azerbaijan ini didukung oleh: