Imbas Listrik Mati, Peretail Rugi Hingga Rp 200 Miliar Lebih

ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Suasana di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (16/6/2019). Pelaku usaha industri retail ditaksir menagalami kerugian hingga Rp 200 miliar akibat pemadaman listrik massal kemarin.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
5/8/2019, 17.50 WIB

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) menyatakan pelaku industri ditaksir mengalami kerugian hingga lebih dari Rp 200 miliar akibat gangguan listrik mati PLN, Minggu (4/8) siang. Kerugian itu diperkirakan mencakup 82 pusat perbelanjaan yang kegiatan operasionalnya terganggu.

"Kerugian material anggota Aprindo akibat black out ditaksir total lebih dari Rp 200 miliar pada 82 pusat perbelanjaan dan 2500 lebih toko retail modern swa kelola di Jakarta," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey kepada katadata.co.id, Senin (5/8).

Terlebih, pemadaman listrik terjadi pada akhir pekan, dimana biasanya banyak masyarakat menghabiskan waktu luang di pusat belanja. Oleh karena itu, potensi kehilangan pendapatan menjadi besar karena masyarakat menunda belanja.

(Baca: Listrik Mati 2 Hari, Berikut Perhitungan Kompensasi Pelanggan dari PLN)

Biaya operasional peretail juga ikut membengkak lantaran beberapa gerai menggunakan genset diesel guna menjaga pelayanan terhadap masyarakat. Di sisi lain, masyarakat juga menurutnya ikut terdampak lantaran kesulitan membayar melalui sistem elektronik.

Dia berharap kejadian mati listrik total tak lagi terjadi ke depan. Dia pun berharap, PLN semestinya memberikan pengumuman sebelum terjadi gangguan. Dengan begitu, pengusaha dapat melakukan persiapan guna menjaga pelayanan kepada konsumen.

PLN sebagai satu-satunya perusahaan yang mensuplai listrik dinilai harus bertindak lebih cepat bila ada gangguan gardu listrik. “Seharusnya ada back up plan yang reaktif terhadap gangguan dan contigency plan yang terencana” ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika