Pemerintah akan mengkaji impor baja dari Tiongkok. Kajian tersebut seiring dengan langkah Tiongkok yang mengenakan bea masuk anti-dumping untuk produk baja Indonesia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai impor baja dari Tiongkok saat ini cukup tinggi. Hambatan impor berupa bea masuk tambahan terhadap baja Indonesia oleh Tiongkok dapat membuat defisit neraca dagang semakin dalam.
"Kami memikirikan produk Indonesia yang diberikan unfair trade practice, termasuk baja," kata dia di Kantor Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (22/7).
Tiongkok diketahui mengimpor 1,85 juta ton stainless steel tahun lalu. Angka tersebut melesat 53,7% dibanding 2017.
(Baca: Tiongkok Kenakan Bea Masuk Anti-Dumping Baja RI, Jepang dan Eropa)
Ia pun mengatakan, negara lain yang produknya kalah bersaing dengan produk luar negeri akan mengenakan bea masuk anti-dumping. Oleh karena itu, pemerintah juga akan melindungi produk baja dalam negeri.
Kementerian Perdagangan Tiongkok baru saja mengumkan rencana pengenaan bea masuk anti-dumping untuk beberapa produk baja antikarat yang diimpor dari Indonesia, Uni Eropa, Jepang serta Korea Selatan (Korsel).
Mengutip laman Reuters, Tiongkok akan mengenakan tarif anti-dumping dengan besaran 18,1% hingga 103,1% pada produk billet stainless steel dan plat stainless steel canai panas dari keempat negara/kawasan. Aturan tersebut berlaku efektif mulai besok, 23 Juli 2019.
Keputusan itu menyusul penyelidikan anti-dumping pada Juli tahun lalu setelah pengaduan diajukan oleh perusahaan negara Tiongkok, Shanxi Taigang Stainless Steel. "Lembaga penyelidikan telah membuat keputusan akhir bahwa ada pembuangan produk-produk yang diselidiki dan telah menyebabkan kerusakan substantif pada industri di Tiongkok," kata menteri perdagangan Tiongkok.
(Baca: Menteri Enggar Lobi Tiongkok Terkait Hambatan Ekspor Pertanian)
Billet stainless steel dan pelat baja stainless canai panas biasanya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat produk baja canai atau canai dingin pada industri galangan kapal, wadah, kereta api, listrik dan industri lainnya.
Tiongkok merupakan produsen baja antikarat terbesar di dunia dengan kemampuan produksi 26,71 juta ton pada 2018. Menurut Asosiasi Baja Stainless Tiongkok, angka produksi tersebut naik 2,4% dibanding tahun lalu.