Gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (Gapki) menilai Timur Tengah dan Afrika dapat menjadi pasar nontradisional untuk ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Bahkan, Indonesia berpotensi mengekspor lebih dari 1 juta ton CPO ke dua kawasan itu.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono berharap, pemerintah meningkatkan kerja sama bilateral dengan Timur Tengah guna mendorong ekspor CPO. "Potensinya lebih dari satu juta ton (ekspor CPO) untuk dua wilayah ini," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (9/7).
Untuk ekspor CPO ke Afrika, dia mencatat ada kendala dalam hal tangki timbun. Padahal, infrastruktur ini dibutuhkan supaya bisa mengekspor lebih banyak CPO ke wilayah tersebut.
(Baca: Gapki Berharap India Segera Turunkan Bea Masuk Minyak Kelapa Sawit )
Karena itu, menurut dia, Indonesia bisa mengekspor produk turunan CPO ke kawasan tersebut, seperti minyak goreng kemasan berukuran empat dan 20 liter. Selain tak memerlukan tangki timbun, harga produk turunan CPO lebih mahal. Dengan begitu, ekspor ke Afrika secara nilai akan lebih besar.
Selain mencari pasar baru, ia berharap pemerintah menerapkan mandatori biodiesel 30% alias B30. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi CPO. “Kalau mandatori B30 ini bisa segera diterapkan, potensinya luar biasa," kata dia.
Hanya saja, penggunaan B30 masih tahap uji coba saat ini. Mukti memperkirakan, konsumsi CPO meningkat empat juta ton dalam setahun jika mandatori tersebut diterapkan.
(Baca: Harga FOB Turun, Ekspor Minyak Sawit Merosot Hingga Akhir Tahun)
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan, pemerintah tengah mencari cara untuk meningkatkan konsumsi CPO. Salah satu caranya, dengan meningkatkan penggunaan biodiesel, mulai dari B20 menjadi B50 dan B100. "Harapan kami, kalau ada diversifikasi utilisasi penggunaannya, harganya menjadi baik," kata dia.
Selain itu, Moeldoko mengatakan bahwa pemerintah akan mendorong pencarian pasar ekspor CPO baru. Di satu sisi, ekspor ke negara tradisional juga akan dipertahankan. Ia berharap, strategi ini bisa meningkatkan harga CPO.
(Baca: Harga Referensi CPO Juni Turun Jadi US$ 547,17 per Metrik Ton)