PT Wijaya Karya (Wika) mengungkapkan China Development Bank telah mencairkan pinjaman tahap pertama untuk proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung. Pencairan utang senilai US$ 170 juta atau setara Rp 2,2 triliun ini dilakukan pada Jumat pekan lalu.
Direktur Utama Wika Tumiyana mengatakan dengan mulai cairnya pinjaman, konstruksi proyek ini akan langsung dikerjakan. Dia menjelaskan porsi pekerjaan perseroan terdiri dari pengerjaan struktur bangunan, arsitektur, lanskap, mekanikal, serta elektrikal kereta cepat.
Dia juga bependapat bahwa cairnya utang menunjukkan komitmen bank Tiongkok tersebut dalam mendanai proyek kereta cepat. "Wika akan memanfaatkan dana tersebut maksimal agar menumbuhkan keyakinan stakeholders terhadap proyek pembangunan transportasi Indonesia," kata Tumiyana dalam keterangan resmi Wika, Rabu (1/5).
(Baca: Rini Pastikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mulai Konstruksi Mei 2018)
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menargetkan konstruksi proyek akan dilakukan bulan ini. Ini seiring keberangkatannya ke Tiongkok bulan lalu untuk memastikan komitmen China Railway Corporation (CRC) dalam mempercepat konstruksi mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Rini bulan lalu menjelaskan berbagai pekerjaan konstruksi rencananya dilakukan secara masif pada 21 titik yang dianggap paling rawan mulai awal Mei 2018, termasuk pembebasan lahan yang ditargetkan rampung pada akhir Mei 2018. Dalam pertemuan tersebut, CRC berkomitmen mempercepat pembangunan terowongan di sebagian jalur kereta cepat Jakarta-Bandung, diantaranya terowongan Walini dan beberapa terowongan lainnya.
"Termasuk alih teknologi dan penguatan kompetensi SDM (sumber daya manusia) Indonesia untuk memiliki keahlian konstruksi proyek kereta cepat," ujar Rini. (Baca: Ada Asuransi Proyek, Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Membengkak)
Wika merupakan bagian dari 38 persen pemegang saham PT. Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) selaku pemilik saham 60 persen proyek ini. Sedangkan sisa pemegang saham PSBI adalah PT. Kereta Api Indonesia 25 persen, PT. Perkebunan Nusantara 25 persen, serta PT. Jasa Marga (Persero) Tbk 12 persen.
Proyek kereta ini memiliki panjang 142,3 kilometer dengan empat stasiun pemberhentian yakni Halim, Karawang, Walini, serta Tegalluar di Bandung. Sedangkan Beijing Yawan HSR Co. Ltd memiliki 40 persen saham sisa di PT. Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC).