Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno bertolak ke Tiongkok, Selasa lalu. Dia ingin  memastikan komitmen China Railway Corporation (CRC) dalam mempercepat konstruksi mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. 

"Proyek ini diharapkan bisa segera akselerasi pada bulan April untuk bisa menghasilkan progress yang baik terutama pada area konstruksi yang rawan," ujar Rini dalam siaran persnya, Selasa (3/4). (Baca:Luhut Sebut Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bisa Mundur ke 2024)

Dia menjelaskan berbagai pekerjaan konstruksi rencananya dilakukan secara masif pada 21 titik yang dianggap paling rawan mulai awal Mei 2018, termasuk pembebasan lahan yang ditargetkan rampung pada akhir Mei 2018.

Di Tiongkok, Rini disambut tim lengkap CRC, yaitu President China Railway International, Head of Consortium of Jakarta-Bandung HSR project, Chairman CRRC Qingdao Sifang. CRC merupakan salah satu pemegang saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Dalam pertemuan tersebut, CRC menyatakan komitmennya untuk mempercepat pembangunan terowongan di sebagian jalur kereta cepat Jakarta-Bandung. Diantaranya terowongan Walini dan beberapa terowongan lainnya.

(Baca: Rini Klaim Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Telah Berjalan)

"Termasuk alih teknologi dan penguatan kompetensi SDM (sumber daya manusia) Indonesia untuk memiliki keahlian konstruksi proyek kereta cepat," ujarnya.

Menurutnya, Tiongkok berkomitmen memberikan para tenaga ahli teknis terbaik dalam hal alih teknologi serta kemampuan. Dengan begitu, para teknisi Indonesia akan mampu membangun proyek kereta cepat secara mandiri.

Kereta dengan kecepatan 350 km per jam ini akan mempersingkat waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi sekitar 40 menit. Ada empat stasiun pemberhentian yang dilalui kereta ini, yakni Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Walini dan Stasiun Tegalluar.

(Baca: Ada Asuransi Proyek, Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Membengkak)

Selain itu, CRC bersama PT KCIC juga akan merencanakan secara rinci pembangunan hunian berbasis Transit Oriented Development (TOD) di kawasan Halim Perdanakusuma dan Walini. Bahkan, di grand design-nya, Walini akan menjadi kota baru di Bandung Barat dengan memiliki lahan seluas 1.270 hektare (ha).