Impor Kurma Naik 50 Persen Jelang Ramadan

Arief Kamaludin|Katadata
Kurma di sebuah pasar swalayan di Jakarta, Senin (21/07/2014). Badan Pusat Statistik mencatat impor kurma melonjak jelang Ramadan.
Penulis: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria
15/5/2017, 16.30 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor kurma pada bulan April 2017 naik hingga hampir 50 persen. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia kerap menjadikan kurma sebagai hidangan buka puasa. Tahun ini, Ramadan akan dimulai pada akhir bulan Mei.

"Karena menjelang Ramadan, impor bahan makanan mengikuti pola konsumsi di Indonesia. Tetapi kurma yang naik paling signifikan," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers, di kantornya, Jakarta, Senin (15/5).

Pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebut, impor kurma tercatat mencapai US$ 17,31 juta pada April 2017. Angka itu naik 49,26 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya sebesar US$ 11,59 juta. Sementara, pada April 2016 lalu, impor kurma hanya sebesar US$ 3,93 juta.

(Baca juga: Neraca Dagang April Surplus US$ 1,24 Miliar, Terendah Sepanjang 2017)

Kecuk menjelaskan, impor kurma pada bulan April 2017 ini yang terbesar adalah berasal dari negara Tunisia.  Tercatat, realisasi impor kurma Tunisia mencapai US$ US$ 9,47 juta.

Kemudian disusul secara berturut-turut dari Mesir sebesar US$ 3,08 juta, Iran sebesar US$ 1,37 juta, Uni Emirat Arab sebesar US$ 1,18 juta, Amerika Serikat US$ 1,11 juta, dan negara lainnya sebesar US$ 1,09 juta.


Ekspor dan Impor Indonesia dengan Arab Saudi 2012-2016

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian