Tiongkok Cairkan Dana US$ 4,498 Miliar Untuk Proyek Kereta Cepat

ANTARA FOTO/Bayu Prasetyo
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping (kanan) saat pertemuan bilateral disela-sela menghadiri KTT One Belt One Road di Gedung Great Hall of the People, Beijing, Minggu (14/5).
15/5/2017, 08.58 WIB

China Development Bank (CDB) akhirnya berkomitmen mencairkan pinjaman senilai US$ 4,498 miliar ke PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC). Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan dengan Direktur Utama CDB yakni Hu Huaibang.

"Kerja sama ini adalah fasilitasi proyek kereta cepat Jakarta - Bandung dengan nilai komitmen USD 4,498 miliar," demikian bunyi keterangan resmi Sekretariat Presiden, Senin (15/5).

Fasilitas pinjaman itu setara 75 persen dari kebutuhan pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta - Bandung yang senilai US$ 6 miliar. Sementara sisanya, akan dikumpulkan melalui modal dari para pemegang saham dari kedua sisi, baik dari Indonesia maupun Tiongkok.

(Baca juga:  Lawatan ke Tiongkok, Jokowi Akan Tawarkan 5 Proyek Kereta)

Penandatanganan tersebut dilakukan usai pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping di Great Hall of the People, Beijing, Tiongkok pada Minggu (14/5) sore. "Merupakan kehormatan bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam Belt and Road Forum for International Cooperation," ujar Presiden Jokowi dalam sambutannya.

Kepada Presiden Xi selaku selaku tuan, Presiden Jokowi meyakini jika inisiatif Belt and Road Forum akan lebih memperkokoh hubungan ekonomi antar kedua negara, terutama karena Indonesia memiliki fokus pada pembangunan infrastruktur, konektivitas dan poros maritim.

"Dan pada kesempatan yang baik ini saya ingin memanfaatkan Konferensi Tingkat Tinggi Belt and Road Forum untuk menciptakan momentum segar terutama untuk kerja sama RRT-Indonesia," ucap Jokowi.

(Baca juga: Rini Targetkan Pinjaman Proyek Kereta Cepat Cair Pertengahan Mei)

Selain komitmen pencairan pinjaman untuk proyek kereta cepat, ada juga beberapa perjanjian kerja sama lain yang diteken. Di antaranya adalah kerja sama ekonomi dan teknik Tiongkok - Indonesia yang ditandatangani Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro dengan Menteri Perdagangan Tiongkok Zhong Shan.

Selain itu ada pula implementasi kemitraan strategis Indonesia - Tiongkok 2017 - 2021 yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Indonesia Retno P Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi.

Dalam pertemuan bilateral Jokowi dan Xi Jinping, Retno juga mengatakan Jokowi tertarik berpartisipasi dalam inisiatif Belt and Road yang berasal dari konsep "Maritime Silk Road". Namun Presiden mensyaratkan proyek tersebut mendahululukan Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

(Baca juga:  MTR Academy Hong Kong Akan Bantu Siapkan SDM MRT Jakarta)

"Indonesia terbuka berkerja sama dengan negara mana pun asal menguntungkan dan bermanfaat kepada rakyat," kata Retno.

Terakhir, terkait produk kelapa sawit, Indonesia juga mendukung program kewajiban biodiesel+5 yang saat ini dikembangkan Tiongkok. Hal ini diharap dapat memacu ekspor Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia ke Negeri Tirai Bambu.

Selain itu, Jokowi juga berharap Tiongkok dapat masuk dan menanamkan modal pada industri turunan kepala sawit di Indonesia. "Indonesia mendukung program biodiesel Tiongkok ini," kata Retno.

Reporter: Ameidyo Daud Nasution