Kebijakan pemerintah membuka investasi asing masuk ke sektor pariwisata ternyata berdampak positif terhadap industri ini. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan dalam enam bulan pertama tahun ini total investasi yang masuk di sektor pariwisata mencapai US$ 850 juta, hampir mendekati capaian dalam 12 bulan pada tahun lalu sebesar US$ 1 miliar.
Arief pun yakin total investasi di sektor pariwisata tahun ini bisa mencapai US$ 1,5 miliar. "Ini jauh melampaui investasi tahun 2014 yang hanya US$ 750 juta," kata Arief saat memaparkan Capaian Kinerja Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Bina Graha, Jakarta, Selasa (25/10).
Kementerian Pariwisata berharap investasi yang masuk akan banyak membantu membenahi 10 kawasan wisata yang sedang difokuskan pemerintah. Kebutuhan dana untuk pembenahan 10 kawasan wisata ini mencapai Rp 100 triliun, sedangkan pemerintah hanya bisa menyediakan dana Rp 6 triliun setiap tahunnya. Artinya dalam lima tahun anggaran negara hanya mampu mendanai 30 persen, sisanya perlu mengandalkan swasta.
(Baca: Pemerintah Perbaiki Infrastruktur di 10 Kawasan Pariwisata)
Di luar pemerintah dan swasta, Arief mengatakan dirinya tetap mencari sumber pendanaan lain untuk membenahi infrastruktur kawasan wisata. Salah satunya adalah bantuan dari Bank Dunia sebesar US$ 200 juta untuk meningkatkan infrastruktur tiga wilayah wisata, yakni Borobudur, Mandalika, dan Danau Toba. Ketiganya merupakan bagian dari 10 lokasi yang akan dikembangkan.
Penetapan 10 kawasan wisata untuk dikembangkan ini berasal dari hasil rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman pada tahun lalu. Tujuh kawasan lainnya adalah Gunung Bromo (Jawa Timur), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Morotai (Maluku), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Belitung (Bangka-Belitung).
Selama dua tahun di Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK, Kementerian Pariwisata telah behasil menuai prestasi menggembirakan. Grafik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia meningkat, hingga ke angka tertinggi sepanjang sejarah.
Jumlah kunjungan wisman sepanjang Januari hingga Agustus 2016 tercatat 7.35 kunjungan, naik 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah menargetkan pada 2019, jumlah kunjungan wisman dalam satu tahun mencapai 20 juta kunjungan.
(Baca: Rekor Baru, Kunjungan Wisatawan Asing Juli 2016 Tembus 1 Juta)
Untuk mencapai target ini, Kementerian Pariwisata terus melakukan promosi. Portofolio bisnis pariwisata Indonesia dianggap begitu potensial untuk dipasarkan, mulai dari kekayaan wisata alam (nature), wisata budaya (culture), dan wisata buatan (man-made).
Peningkatan kunjungan wisman akan berpengaruh pada meningkatnya devisa, produk domestik bruto (PDB), dan penyerapan tenaga kerja. Menurut Arief sektor pariwisata telah mampu menyumbang 10 persen PDB, sengan nominal tertinggi di ASEAN. PDB pariwisata tumbuh 4,8 persen dengan tren kenaikan 6,9 persen. Laju pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan industri lain, seperti agrikultur, manufaktur, otomotif, dan pertambangan.
Dari sisi devisa, sektor pariwisata menyumbang US$ 1 miliar, dan menghasilkan PDB US$ 1,7 miliar. Sektor ini menempati posisi keempat penyumbang devisa terbesar, mencapai 9,3 persen dibandingkan industri lain. Pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata berada di posisi tertinggi, sebesar 13 persen, dibandingkan industri migas, batu bara, dan minyak kelapa sawit yang cenderung negatif.
(Baca: Dongkrak Wisatawan, Proyek Infrastruktur Danau Toba Dikebut)
Hasil inilah yang menumbuhkan optimisme untuk menjadikan pariwisata sebagai sumber alternatif penyumbang devisa negara ke depan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan sektor pariwisata akan menjadi andalan utama pendapatan negara bukan pajak (PNBP) di 2019. Indonesia tidak lagi mengandalkan energi, khususnya migas untuk sebagai penyumbang PNBP terbesar.
“Pariwisata, perikanan, kemudian energi akan menjadi pendapatan terbesar pada 2019. Jadi bukan lagi energi yang pertama,” ujarnya.
Pariwisata juga mampu menyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan dan menempati urutan keempat terbesar dari seluruh industri. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata telah tumbuh 30 persen dalam waktu lima tahun.
Selain itu, pariwisata merupakan pencipta lapangan kerja termurah dengan estimasi US$ 5.000 per satu pekerjaan. Adapun rata-rata industri lainnya mencapai US$ 100.000 per satu pekerjaan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah komulatif tenaga kerja yang telah terserap di sektor pariwisata hingga bulan Juli 2016 mencapai 6,88 juta orang dari total target 11,8 juta orang.