Adapun peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada  lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 12,75 persen. Lalu, timah 201,4 persen, dan mesin-mesin/pesawat mekanik 18,44 persen. Menurut Sasmito, penurunan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh turunnya ekspor batubara, yang volumenya sekitar 3 juta ton. “Kalau diperhatikan pada tahun-tahun sebelumnya, April turun dibandingkan Maret. Jadi ada faktor musiman,” ujarnya.

(Baca: Pemerintah Prioritaskan Empat Industri untuk Dikembangkan)

Sedangkan berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan selama Januari-April 2016 turun 6,46 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Padahal, kontribusinya terhadap angka ekspor secara keseluruhan paling besar, yaitu 76,97 persen. Adapun ekspor hasil tambang dan lainnya turun 24,64 persen dan ekspor hasil pertanian merosot 19,84 persen.

Di sisi lain, nilai impor April 2016 turun 4,62 persen dibandingkan bulan sebelumnya, atau melorot 14,62 persen ketimbang bulan sama 2015. Penurunan terbesar dicatatkan oleh impor migas sebesar 12,32 persen menjadi US$ 1,36 miliar. Sedangkan impor nonmigas turun 3,39 persen.

Menurut Sasmito, hal itu menunjukkan bahwa semakin banyak kebutuhan barang yang diproses atau diolah di dalam negeri, terutama produk bahan bakar minyak (BBM). “Ketergantungan terhadap impor semakin turun pada produk migas,” katanya.

(Baca: Impor Meningkat, Surplus Neraca Dagang Maret Menciut)

Berdasarkan golongan penggunaan barang, nilai impor kelompok bahan baku/penolong dan kelompok barang modal selama Januari-April 2016 menurun masing-masing sebesar 15,38 persen dan 17,02 persen ketimbang periode sama tahun lalu. Sebaliknya, impor golongan barang konsumsi meningkat 16,42 persen.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati