Pertanian Padi dan Jagung Dibayangi Masalah Tenaga Kerja & Sewa Lahan

ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/aww.
Petani memanen jagung miliknya di Desa Bone-Bone, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Selasa (4/8/2020).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
20/8/2020, 08.37 WIB

Permasalahan lain yang tak kalah penting menurutnya terletak pada proses produksi jagung. Penanaman jagung kerap dilakukan di lahan yang belum tentu cocok untuk tanaman jagung.

Kemudian, pupuk yang digunakan pada pertanian jagung harus sesuai dengan kondisi Indonesia yang memiliki lahan basah serta ketinggian lahan.

Pada pasca-produksi, sejumlah permasalahan masih dihadapi dalam komoditas jagung. Salah satunya ialah mahalnya biaya distribusi. Sebab, kendaraan yang digunakan untuk pengiriman dikenakan biaya mahal serta terdapat sejumlah oknum.

"Kalau angkut jagung satu truk, biaya transportasi lebih murah dari setengah truk. Kalau ambil jagung naik motor, biayanya lebih mahal," kata dia.

Selain itu, para petani jagung juga tidak menguasai kemampuan manajemen usaha. Hal ini juga dialami oleh petani yang sudah bekerja selama 20 tahun.

Tidak hanya itu, para petani juga tidak memiliki pengetahuan mengenai benih, pupuk usaha tani, arus kas, dan akses pembiayaan terkini.

Oleh karena itu, ia berharap akan ada bantuan berupa stimulan transportasi hingga subsidi harga Jual. Selain itu, Adhie menilai perlunya kemudahan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada para petani, baik dari segi proses dan sistemnya.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika