Tarif Ekspor CPO Naik 80% untuk Dana Subsidi Minyak Goreng Curah

Katadata/Andi M. Arief
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi di Pasar Senen, Kamis (17/3).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
17/3/2022, 16.12 WIB

Lutfi mengatakan pihaknya telah berdialog dengan pengusaha CPO sebelum menentukan aturan ini. Selain itu Lutfi menilai peningkatan tarif ekspor ini penting lantaran dana subsidi yang dibutuhkan saat ini naik sekitar empat kali lipat.

"Harganya (CPO) waktu saya desain bedanya Rp 2 ribu (per Kg). Sekarang bedanya Rp 8 ribu, rusak jadinya (desain kebijakan awal)," kata Lutfi kepada seorang pedagang di Pasar Senen.

Lutfi menyebutkan faktor utama naiknya harga CPO adalah perang Rusia-Ukraina saat ini. Permintaan CPO meningkat setelah Ukraina tak memasok bahan baku minyak bunga matahari.

"Harga CPO loncat dari Rp 14.600 per Kg pada awal Februari 2022 jari Rp 18 ribu kemarin. Sekarang sudah turun sedikit, tapi pada dasarnya (harga CPO) naik karena mekanisme pasar," kata Lutfi.

Kementerian Pertanian (Kementan) Amerika Serikat mencatat minyak bunga matahari berkontribusi hingga 13,98% dari total pasar ekspor minyak nabati. Sementara itu, Ukraina menopang sekitar 47% dari total pasar ekspor, sedangkan Rusia sebesar 30%.

Perang Rusia-Ukraina membuat pasokan ekspor dari kedua negara tersebut berhenti total. Alhasil, negara pengimpor minyak bunga matahari mengalihkan pemesanannya ke CPO.

Pada saat yang sama, produksi CPO pada 2021 susut 0,31% dari realisasi 2020 sebesar 47,03 juta ton menjadi 46,88 juta ton. Sementara itu, produksi minyak inti sawit (crude palm kernel oil/CPKO)  turun 3,01% secara tahunan menjadi 4,41 juta ton. 

Produksi CPO dan CPKO pun mengalami penurunan sepanjang Januari 2022. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, total produksi minyak sawit dalam negeri pada Januari 2022 sebesar 4,22 juta ton. Jumlah itu menurun 3% dari 4,36 juta ton pada bulan sebelumnya. Berikut grafik Databoks: 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief