Industri Makanan dan Minuman Naikkan Harga Jual Produknya Bulan Ini

ANTARA FOTO/Moch Asim/nym.
Pekerja membuat kue menggunakan mesin dalam kegiatan Indonesia Food Exhibition 2022 di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (10/6/2022).
17/6/2022, 16.36 WIB

Kenaikan harga pangan dan energi membuat sejumlah industri makanan dan minuman menaikkan harga jual produknya rata-rata sekitar 5% bulan ini. Kenaikan harga produk tersebut terutama dilakukan indusri kecil dan menengah.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, dampak kenaikan harga pangan global sudah terasa sejak tahun lalu. Dampak tersebut semakin parah saat terjadi perang Rusia-Ukraina dan pembatasan ekspor oleh beberapa negara.

“Inflasi (global) cukup besar pengaruhnya pada harga bahan baku yang tinggi, selain itu juga energi dan biaya logistik yang meningkat,” ujarnya pada Katadata.co.id, Jumat (17/6).

 Meskipun biaya produksi meningkat, industri sangat berhati-hati untuk menaikkan harga jual produknya. Hal itu karena daya beli masyarakat masih belum pulih. Pengusaha khawatir penjualannya anjlok jika harus menaikkan harga jual produknya.

“Saya dengan beberapa anggota sudah review apakah naik lagi atau tidak. Namun kelihatannya belum semua menaikkan harga, tapi sebagian sudah naik 5 % karena sulit dibendung lagi,” ujarnya.

Menurut Adhi, kenaikan harga jual produk sebesar 5% sebenarnya belum menutupi biaya produksi tambahan akibat melonjaknya harga bahan baku. Namun demikian, daya beli dan pasar diperkirakan tidak bisa menoleransi kenaikan  harga yang lebih tinggi.

Adhi mengatakan, pabrikan yang terpaksa menaikkan harga jual produknya, sebagian besar merupakan usaha kecil dan menengah karena daya tahannya pendek. Perusahaan besar biasanya masih memiliki stok bahan baku hingga beberapa bulan dan pasokannya menggunakan kontrak jangka panjang.

“Jadi kalau perusahaan besar bisa bertahan sampai akhir tahun (tidak naikkan harga), tapi perusahaan kecil biasanya cash and carry. Jadi begitu (harga) bahan baku naik, langsung berdampak,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa impor bahan baku atau penolong tumbuh 33,95% ke US$14,66 miliar pada bulan Mei dibandingkan tahun sebelumnya. Bahan baku memiliki proporsi paling besar dalam impor barang Indonesia.