Harga kedelai telah naik sekitar Rp 2.000 per kilogram secara tahun berjalan. Kenaikan tersebut menyebabkan harga tempe meroket tajam dari Rp 10.500 per kilogram pada kuartal I-2022 menjadi hingga Rp 18.000 per kilogram.
"Harga tempe saat ini tergantung daerahnya, bisa Rp 15.000 - Rp 18.000 per Kg," kata Ketua Umum Gabungan Koperasi Tempe Tahu Indonesia atau Gakoptindo, Aip Syarifuddin, kepada Katadata.co.id, Selasa (27/9).
Aip mengatakan tingginya kenaikan harga tempe tersebut disebabkan oleh tingginya harga kedelai di dalam negeri. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga kedelai per 26 September 2022 adalah Rp 14.200 per Kg.
Harga kedelai hari ini naik 14,51% dibandingkan harga kedelai pada 24 September 2021 senilai Rp 12.400. Kenaikan harga kedelai tertinggi terjadi pada 2021 atau sekitar 22% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia menyatakan, Kementerian Perdagangan berjanji untuk melanjutkan program subsidi selsish harga kedelai. Berlanjutnya program subsidi selisih harga kedelai dapat menekan harga tempe menjadi Rp 12.000 - Rp 15.000 per kilogram (Kg). Pada Apil-Juli 2022, tempe di pasar masih dijual Rp 11.000 - Rp 14.000 per Kg.
Plt. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra mengatakan akan segera memanggil importir kedelai untuk mengatur fluktuasi harga kedelai di dalam negeri. Menurutnya, harga kedelai berkontribusi sebanyak 68% dari biaya produksi tempe.
"Jadi, kalau harga kedelai naik 30%, harga tempe naik hampir 20%. Itu yang kami lihat," kata Syailendra saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan.
Syailendra mengatakan, salah satu strategi pengendalian fluktuasi harga kedelai impor adalah pembelian kedelai secara berjangka. Hal tersebut berhasil dilakukan Cina untuk menjaga ketersediaan kedelai pada 2020-2021.
Menurutnya, pembelian kedelai pada 2023 akan dilakukan secara berjangka sepanjang tahun. Sementara itu, Syailendra akan menjaga harga tempe di dalam negeri agar tetap sesuai dengan kondisi pasar.
"Dijaga lah harga tempe. Pengrajin jangan rugi, konsumen juga jangan sampai keberatan juga saat membeli," kata Syailendra.
Sebagai informasi, Perum Bulog ditargetkan mensubsidi selisih harga senilai Rp 1.000 per Kg pada April-Juli 2022 untuk 800.000 ton kedelai. Namun demikian, realisasi program tersebut hanya 10% dari target atau sebanyak 80.000 ton.
Kemendag menyatakan akan melanjutkan program subsidi selisih harga tersebut hingga Desember 2022. Gakoptindo menargetkan volume penyaluran kedelai subsidi per bulan mencapai 200.000 ton per bulan untuk meningkatkan realisasi penyaluran.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor kedelai ke Indonesia mencapai US$ 1,48 miliar pada 2021. Nilai tersebut naik 47,77% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 1 miliar.