Harga Beras Naik 10,78% pada November, BPS: Ada Koreksi Produksi

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Pekerja merapikan karung yang berisi beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (25/11/2022). Perum Bulog mengklaim stok beras di seluruh gudang Bulog secara nasional sebanyak 600 ton tersebut dapat mencukupi kebutuhan di pasaran hingga akhir tahun 2022.
2/12/2022, 14.11 WIB

Badan Pusat Statistik atau BPS melaporkan bahwa harga beras dan gabah mengalami kenaikan sepanjang November 2022. Untuk harga beras di tingkat penggilingan di bulan November ini meningkat sebesar 0,85% secara bulanan dan naik 10,78% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Sementara harga beras di tingkat grosir harga beras di bulan November 2022 meningkat sebesar 0,60% secara month to month dan meningkat secara 6,14% secara year on year," ujar Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS, Setianto, pada Kamis (1/12). 

 Sementara untuk harga beras eceran pada bulan November 2022 ini juga turut meningkat sebesar 0,37% secara m-to-m, dan meningkat 4,18% secara year on year. 

 Tak hanya beras, Setianto juga menjelaskan terkait kenaikan harga gabah. Pada November 2022, gabah kering panen atau GKP mengalami peningkatan sebesar 0,81% secara bulanan dan sebesar 16,06% secara tahunan. 

 Adapun untuk harga gabah kering giling atau GKG turun sebesar  -1,79% secara bulanan dan meningkat sebesar 14,32% secara tahunan.

Mengapa harga beras naik?

Kemudian terkait harga beras yang terus merangkak naik, Setianto menyampaikan hal itu didorong oleh faktor suplai dan permintaan. Secara umum, produksi beras nasional pada akhir kuartal IV 2022 ini mengalami koreksi.

"Produksi beras nasional pada akhir kuartal IV-2022 ini mengalami koreksi yaitu terjadi penurunan di bulan desember," ujarnya. 

 Selain itu, untuk kenaikan harga di tingkat produksi juga disebabkan oleh faktor musiman dan faktor kenaikan ongkos produksi. "Kemudian kenaikan harga dari sisi pedagang ini dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya pasokan dan naiknya permintaan akhir tahun jelang nataru," ujarnya.

Sementara itu, Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang atau saat ini kesulitan dapat beras dari daerah. Kondisi itu diprediksi akan semakin parah pada Desember 2022 hingga Januari 2023.

Kepala Koperasi Pasar Beras Induk Cipinang, Zulkifli Rasyid, menuturkan biasanya pasokan beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang kurang lebih 2.500 sampai 3.000 ton per hari. Jika kurang dari itu, tandanya stok beras nasional kurang. Apalagi Pasai Induk Cipinang merupakan barometer stok dan harga beras di seluruh Indonesia.

"Itu harus keluar masuk seperti itu. Kalau kurang dari itu, berarti ada kekurangan stok," ujarnya Selasa (29/11).

Dia mengatakan, pasokan beras dari daerah mulai susut. Bisa dikatakan jika satu-satunya pemasok yang masih menyulai beras ke Pasar Induk Cipinang adalah Bulog. Itupun permintaannya tidak bisa langsung terpenuhi.

"Makanya kondisi saat ini, saya jujur saja. Saya mengajukan permohonan ke Bulog 500 ton saja, sekarang yang baru bisa dikeluarkan cuma 150 ton. Berarti permintaan kami itu nggak bisa dicukupi oleh Bulog," ujarnya.

Berikut 10 provinsi dengan harga beras termahal:

Reporter: Nadya Zahira