Dolar Hampir Tembus Rp16.000, Biaya Produksi Industri Manufaktur Naik

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Ilustrasi. Pelemahan rupiah berpotensi menganggu daya saing industri.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
23/10/2023, 17.44 WIB

Nilai tukar rupiah terus melemah mendekati Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, pelemahan rupiah berpotensi mengganggu daya saing industri manufaktur nasional. 

Ia menjelaskan, pelemahan rupiah memang membawa keuntungan bagi eksportir lokal. Ini karena para eksportir dapat memperoleh keuntungan dari selisih kurs tersebut. Namun demikian, mayoritas industri manufaktur masih memperoleh mayoritas bahan baku dari luar negeri. Oleh karena itu, pelemahan rupiah dapat menaikkan biaya produksi yang akhirnya menggerus daya saing industri nasional.

"Kami melihat bahwa pasar ekspor global itu pada tingkat tertentu, sedang terganggu akibat pelemahan daya beli masyarakat globa," kata Agus di Kantor Kementerian Perindustrian, Senin (23/10).

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah ke level 15.934 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Rupiah sempat menyentuh Rp 15.969 per dolar AS pada perdagangan hari ini. 

Agus mengatakan, parameter pelemahan daya beli masyarakat global yang digunakan adalah kondisi pasar Cina dan Eropa.

Ketua Indonesian Iron and Steel Industry Association Purwono Widodo menilai, pelemahan rupiah dapat meningkatkan biaya produksi dalam jangka pendek. Ini karena mayoritas industri baja masih mengandalkan impor untuk mendapatkan bahan baku seperti bijih besi maupun skrap baja.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief