Harga Beras Naik, Bulog: Karena Panen dan Produksi Beras Terlambat

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/rwa.
Pedagang menawarkan beras kepada calon pembeli di Pandeglang, Banten, Kamis (25/1/2024). Menurut pedagang beras di daerah itu, dalam sepekan terakhir harga beras naik dari Rp13 ribu menjadi Rp15 ribu per kilogram untuk kualitas premium, sementara untuk kualitas medium naik dari Rp11 ribu menjadi Rp14 ribu per kilogram yang disebabkan berkurangnya pasokan beras di pasaran.
29/1/2024, 14.47 WIB

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendata harga beras melanjutkan tren kenaikan sepanjang Januari 2024. Perum Bulog mengungkapkan, neikan harga tersebut disebabkan oleh keterlambatan panen, produksi beras lokal serta defisitnya neraca beras.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, bantuan pangan dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP telah berhasil meredam inflasi beras pada tahun lalu. Namun bantuan pangan pada Januari 2024 belum berjalan penuh lantaran terkendala proses verifikasi.

Bayu menjelaskan, bahwa proses tersebut merupakan sesuatu yang wajar untuk pemutakhiran data penerima bantuan pangan. Walau demikian, dia menekankan bahwa proses belum berjalan sepenuhnya karena bukan disebabkan bantuan pangan tapi harga beras konsisten naik sepanjang awal 2024.

"Faktor utama kenaikan harga beras masih sama, yakni keterlambatan tanam yang berakibat keterlambatan panen dan produksi," kata Bayu kepada Katadata.co.id, Senin (29/1).

Berdasarkan data Bapanas, rata-rata harga beras premium nasional mencapai Rp 15.360 per kilogram pada Senin (29/1), atau naik Rp 420 per kg secara tahun berjalan. Sementara itu, harga beras medium naik Rp 320 secara tahun berjalan menjadi Rp 13.440 per kg.

Bayu mencatat, neraca beras nasional akan defisit hingga 2,7 juta ton pada Januari-Februari 2024. Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk mempercepat proses verifikasi data untuk merampungkannya pada akhir bulan ini.

Target Penyaluran Bantuan Pangan

Bayu mengatakan, penyaluran bantuan pangan akan tersalurkan seluruhnya paling lambat pada minggu ke-2 Februari 2024. Pada saat yang sama, Bayu mendata volume beras SPHP yang telah disalurkan naik 120% secara tahunan pada bulan ini.

Berdasarkan data Bulog, volume beras SPHP yang sudah disalurkan mencapai 110.000 ton pada 1 sampai 25 Januari 2024. Tercatat penyaluran beras SPHP pada 2023 mencapai 80.000 ton per bulan.

"Jika bantuan pangan dan SPHP berjalan penuh diharapkan akan mampu meredam kenaikan dan inflasi harga beras. Namun penurunan harga sangat tergantung pada kondisi panen yang diperkirakan mulai meningkat pada Mei 2024," ujarnya.

Di sisi lain, dia mengakui bahwa bantuan pangan dan SPHP belum mampu menekan harga beras pada tahun lalu. Oleh karena itu, harga beras tetap tinggi sepanjang kuartal terakhir tahun lalu.

Bapanas mendata tingkat konsumsi bulanan beras secara nasional adalah 2,54 juta ton. Sementara  produksi beras pada Januari 2024 diproyeksikan hanya 930.000 ton atau susut 30,59% secara tahunan.

Demikian pula pada Februari 2024, diperkirakan hanya 1,32 juta ton atau anjlok 53,68% secara tahunan. Dengan demikian, total produksi beras Januari-Februari 2023 hanya 2,25 juta ton, sedangkan konsumsi nasional 5,08 juta ton. Surplus beras sepanjang 2023 juga hanya 270.000 ton.

Reporter: Andi M. Arief