Risiko Resesi AS Meningkat, Ekspektasi Kenaikan Bunga Fed Melemah

ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat.
Penulis: Hari Widowati
14/12/2018, 09.52 WIB

(Baca: Pertumbuhan Ekonomi AS Diproyeksi Melemah, Asia Bakal Terseret?)

Jajak pendapat yang dilakukan terhadap 100 ekonom pada 6-13 Desember 2018 juga menunjukkan perekonomian AS akan melambat pada beberapa kuartal ke depan. Produk Domestik Bruto (PDB) yang disetahunkan akan melambat dari 3,5% pada saat ini menjadi 1,8% pada pertengahan 2020.

Kepala Ekonom Naroff Economic Advisors mengatakan, ia belum dapat memastikan apakah AS akan mengalami resesi dalam beberapa tahun ke depan. Namun, untuk pertama kali dalam 9 tahun terakhir ia kembali memasukkan angka PDB negatif dalam proyeksinya.

Hasil survei Reuters ini dirilis pasca rontoknya pasar saham global yang membuat Indeks Standard & Poor's 500 ke level terendah dalam 8 bulan terakhir pada pekan ini. Para ekonom dalam jajak pendapat terakhir Reuters mengatakan, The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada 19 Desember 2018. Berdasarkan konsensus analis, diprediksi hanya akan ada dua kenaikan Fed Fund Rate sehingga suku bunga acuan akan berada di level 2,75-3% pada akhir 2019.

Proyeksi kenaikan suku bunga The Fed ini lebih rendah dibandingkan proyeksi September lalu di mana para analis memprediksi akan ada tiga kali kenaikan suku bunga pada 2019. The Fed akan mengumumkan proyeksi terbarunya setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 18-19 Desember mendatang.

(Baca: Pasar Global Mengancam, BI Intervensi untuk Selamatkan Rupiah)

Halaman: