Cara Inggris dan AS Cegah Lonjakan PHK Pekerja Akibat Corona

ANTARA FOTO/REUTERS/Peter Nicholls/hp/dj
Peter Nicholls Pemandangan warga yang menggunakan masker berjalan di Westminster Bridge saat meluasnya penularan virus corona (COVID-19), di London, Inggris, Selasa (7/4/2020).
Editor: Pingit Aria
26/4/2020, 08.50 WIB

Selain untuk sektor tenaga kerja, Pemerintah Inggris juga sudah menyiapkan stimulus fiskal sebesar 60 miliar poundsterling atau sekitar Rp 1.156 triliun apabila lockdown dilakukan secara cepat. Sedangkan apabila lockdown berlangsung lama, total anggaran stimulus yang digelontorkan bisa mencapai 80 miliar poundsterling atau sekitar Rp 1.541 triliun. 

(Baca: Cerita Diaspora Alami Pandemi di Selandia Baru, Spanyol dan Inggris)

Begitu juga dengan AS, kebijakan jaga jarak fisik atau physical distancing yang diterapkan di membuat pertumbuhan ekonomi AS diprediksi negatif pada beberapa kuartal ke depan. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada 2020 minus 5,9%. Di sektor tenaga kerja, sudah ada 26,4 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran.

Untuk itu, Pemerintah AS mengeluarkan kebijakan stimulus fiskal tangani pandemi dengan total US$ 2 triliun atau sekitar Rp 31.175 triliun atau 9,5% dari total PDB. Terbaru, Pemerintah AS mengeluarkan US$ 483 miliar setara Rp 7.528 triliun stimulus untuk korban PHK akibat pandemi.

Bantuan ditujukan agar pengusaha kecil bisa tetap membayar gaji karyawannya. “Stimulus fiskal untuk mengatasi kerugian ekonomi diperlukan, terutama untuk sektor terdampak, baik individu maupun usah kecil," kata Peneliti INDEF dari AS Eisha Maghfiruha Rachbini. 

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan