Tingkat Pengangguran AS Sentuh 14,7%, Terburuk Sejak Depresi Besar

ANTARA FOTO/REUTERS/Young Kwak/hp/dj
Ilustrasi, masyarakat Amerika Serikat (AS) memprotes larangan tinggal di rumah. Tingkat pengangguran AS mencapai level tertinggi dalam 90 tahun terakhir, yakni 14,7%.
Penulis: Agung Jatmiko
11/5/2020, 09.26 WIB

Pandemi virus corona (Covid-19) telah membuat tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) melonjak menjadi 14,7%. Terakhir kali AS mencapai tingkat pengangguran ini adalah, saat era Depresi Besar tahun 1930-an.

Mengutip Associated Press, Minggu (10/5), Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan pada April 2020 tercatat 20,5 juta pekerjaan di AS telah hilang. Pasalnya, pandemi Covid-19 memukul perekonomian, dan membuat banyak pabrik, toko, dan perkantoran, tutup.

"Tingkat pengangguran ini tidak pernah terlihat sebelumnya, dan mungkin tidak akan terlihat lagi, kecuali jika ada pandemi lagi," ujar Ekonom Senior BMO Capital Markets Sal Guatieri, dilansir dari Associated Press.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan, sekitar 75% dari pekerja yang diberhentikan pada bulan April 2020 menganggap kehilangan pekerjaan hanya sementara. Hal ini terjadi karena perusahaan atau bisnis tempat mereka bekerja ditutup tiba-tiba. Mereka berharap, ketika situasi normal akan kembali diperkerjakan.

Namun, hal tersebut sepenuhnya tergantung bagaimana pembuat kebijakan, bisnis, dan publik menyikapi pandemi corona. Para ekonom sendiri pesimistis hal tersebut dapat terwujud dalam waktu dekat, dan butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkan semua pekerjaan yang hilang.

Lonjakan tingkat pengangguran AS ini memang bisa dibilang mengejutkan, sebab terjadinya dalam rentang waktu dua bulan. Pada Februari 2020, AS masih mencatatkan rekor pengangguran terendah selama 50 tahun, yakni 3,5%. Kemudian, pada Maret 2020 levelnya sedikit naik menjadi 4,4%.

(Baca: Obama Kritik Cara Trump Tangani Pandemi Corona di AS: Lemah dan Kacau)

"Hanya dalam tempo dua bulan, tingkat pengangguran berbalik dari terendah selama 50 tahun, menjadi tertinggi selama lebih dari 90 tahun," ujar Kepala Ekonom PNC Financial.

Tingkat pengangguran diyakini jauh lebih tinggi dibanding angka resmi yang diumumkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS. Menurut Heidi Shierholz dari Economic Policy Institute, jika angka pengangguran dihitung dengan benar, levelnya bisa menyentuh angka 24%.

Hal ini pun juga sebenarnya diamini oleh Departemen Tenaga Kerja AS, yang mengaku telah melakukan kekeliruan dalam mengklasifikasikan beberapa juta orang sebagai pekerja, walaupun tempat bekerja mereka sudah tutup.

Selain itu, orang-orang yang kehilangan pekerjaan tetapi tidak benar-benar mencari pekerjaan baru, tidak secara resmi dianggap sebagai pengangguran. Diperkirakan ada sekitar 6,4 juta orang yang cocok dengan deskripsi itu pada April 2020.

(Baca: Kematian akibat Corona di AS Lampaui Korban Perang Vietnam)

Selama tujuh minggu terakhir, diperkirakan 33,5 juta orang di AS telah mengajukan tunjangan pengangguran. Laporan tingkat pengangguran yang diumumkan Jumat (8/5) lalu, didasarkan pada survei pertengahan April 2020 terhadap bisnis dan rumah tangga.

Selain itu, angka pengangguran didapatkan dengan memperhitungkan peningkatan perekrutan di perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon, dan beberapa toko grosir.

Tingkat pengangguran AS diperkirakan semakin memburuk dalam beberapa waktu mendatang, meski beberapa pusat bisnis di beberapa negara bagian mulai dibuka kembali. Pasalnya, masih banyak bisnis seperti pabrik, hotel, restoran, resor, tempat olahraga, bioskop dan banyak bisnis kecil masih tutup.

Mengutip Reuters, Minggu (10/5), Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengungkapkan, Gedung Putih tengah mengkaji stimulus fiskal lanjutan untuk mengurangi dampak negatif pandemi Covid-19.

"Namun, pemerintah federal tidak akan melakukan bail out, terutama bagi negara bagian yang dikelola secara buruk. Kebijakan yang sedang dikaji adalah, mengurangi pajak penghasilan," kata Mnuchin, dilansir dari Reuters.

(Baca: BPOM AS Beri Persetujuan Remdesivir untuk Pengobatan Covid-19)