The Fed: AS Butuh Lebih Banyak Stimulus Fiskal Lawan Dampak Corona
Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve menilai bisnis dan rumah tangga AS akan membutuhkan lebih banyak stimulus fiskal. Periode pemulihan pasca-lockdown yang diperkirakan membutuhkan waktu lebih panjang berpotensi membuat angka pengangguran semakin memburuk dan pemulihan ekonomi tidak merata.
Gubernur The Fed Dallas Robert Kaplan mengatakan puncak pengangguran AS akan mencapai 20% atau lebih tinggi. Namun, akan kembali turun menjadi 8% hingga 10% pada akhir tahun. Tingkat pengangguran AS pada April mencapai 14,7%.
"Mungkin perlu ada lebih banyak stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga kita dapat mengurangi pengangguran itu dan lebih dekat dengan pekerjaan penuh," kata Kaplan dikutip dari Reuters, Rabu (13/5)
The Fed menyerukan dibutuhkan lebih banyak uang untuk menolong perekonomian dengan cepat. Pembuat kebijakan Fed lainnya, termasuk Presiden Richmond Thomas Barkin dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari menyerukan pandangan serupa.
Namun, para pembuat undang-undang di AS dan Gedung Putih saat ini masih berselisih tentang berapa banyak bantuan yang harus diberikan untuk menolong ekonomi dan kapan waktu yang tepat.
(Baca: WHO: Uji Coba Pengobatan Virus Corona Menunjukkan Data yang Positif)
The Fed telah meluncurkan berbagai program pinjaman dan memangkas suku bunga menjadi nol, tetapi tidak dapat memberikan uang dalam bentuk hibah atau keringanan pajak seperti yang dapat dilakukan oleh pemerintah dengan persetujuan Kongres AS. Anggota Parlemen telah memberikan persetujuan stimulus senilai US$ 3 triliun.
"Dalam krisis ini, pemerintah AS memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dana untuk mendukung rakyat Amerika," kata Kashkari.
Para pembuat kebijakan Fed juga mencatat, kecepatan pemuluhan ekonomi akan sangat bergantung pada seberapa aman perasaan orang Amerika untuk kembali bekerja dan melakukan aktivitas di tengah masih mewabahnya virus corona.
"Ini benar-benar tidak tergantung pada gubernur dan presiden untuk membuat orang merasa aman membawa keluarga mereka kembali keluar untuk makan malam atau menonton film," kata Kashkari.
Ia menambahkan bahwa dirinya tidak berencana untuk menonton film sampai tersedia vaksin atau pengobatan yang benar-benar efektif melawan corona. "Kita tidak akan memperbaiki ekonomi sampai berhasil mengatasi virus ini," katanya.
(Baca: Tingkat Pengangguran AS Sentuh 14,7%, Terburuk Sejak Depresi Besar)
Gubernur The Fed Philadelphia Patrick Harker juga memperkirakan pemulihan ekonomi akan tidak merata. Selama beberapa minggu terakhir, pembuat kebijakan Fed telah menekankan pentingnya pengujian luas dan pelacakan kontak sebagai kunci untuk mencegah lonjakan baru infeksi.
Bank Sentral juga menekankan perlu perhatin pada upaya jarak fisik dan protokol keselamatan lainnya. Kondisi ini memang akan membuat produktivitas sulit kembali normal dan hampir mustahil ke tingkat sebelum krisis.
Namun, pembukaan tanpa batasan sakan menyebabkan hilangnya nyawa yang tak perlu.
Gubernur The Fed St. Louis James Bullard menyebut kondisi saat ini dapat menyebabkan Depresi Hebat baru dengan jutaan orang kehilangan pekerjaan sementara.
Ekonomi AS mengalami pukulan lebih berat dibanding krisis keuangan 2008/2009 akibat pandemi corona. Pada kuartal pertama tahun ini, ekonomi terbesar di dunia ini bahkan tercatat negatif hingga 4,8%.
AS saat ini tercatat sebagai negara dengan jumlah kasus positif virus corona terbanyak di dunia mencapai 1,4 juta. Lebih dari 80 ribu orang AS meninggal akibat pandemi ini.