Intelijen AS Peringatkan Keterlibatan Rusia, Tiongkok, Iran di Pilpres

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/pras/cf
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berdiri di depan bendera Amerika Serikat saat ia berpartisipasi dalam meja bundar mengenai donasi plasma dalam sebuah kunjungan ke Kantor Pusat Palang Merah Nasional Amerika di Washington, Amerika Serikat, Kamis (30/7/2020).
Penulis: Desy Setyowati
8/8/2020, 13.55 WIB

Intelijen Amerika Serikat (AS) melaporkan potensi keterlibatan Rusia, Tiongkok, dan Iran dalam pemilihan presiden (pilpres) pada November nanti. Rusia disebut-sebut mendukung Donald Trump, sementara Tiongkok dan Iran memilih Joe Biden.

Mereka mencatat, Rusia mencoba untuk mengganggu pencalonan Joe Biden sebagai presiden AS. Sedangkan, “Tiongkok dan Iran menentang pemilihan kembali Donald Trump,” kata seorang pejabat intelijen AS dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (8/8).

Direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional AS William Evanina mengatakan, laporan ini diharapkan membantu warga untuk mengetahui potensi keterlibatan ketiga negara tersebut dalam pilpres. “Kami prihatin atas aktivitas ketiga negara,” ujar dia.

Ia memperingatkan, bahwa negara lain akan menempuh berbagai cara untuk mempengaruhi pilpres, baik secara terselubung maupun terbuka. “Ini dalam upaya memengaruhi preferensi dan perspektif pemilih AS, mengubah kebijakan, meningkatkan perselisihan, dan merusak kepercayaan rakyat atas proses demokrasi,” katanya.

Sejauh ini, ia mencatat Tiongkok telah memperluas upaya pengaruhnya untuk membentuk kebijakan di AS menjelang pilpres. Selain itu, menekan tokoh politik yang dipandang bertentangan dengan kepentingan Negeri Panda.

Sedangkan Kremlin disebut-sebut melakukan berbagai tindakan untuk menjelek-jelekkan Joe Biden. “Para pejabat Rusia menyebarkan klaim tentang korupsi untuk ‘merusak’ Bidan dan Partai Demokrat,” katanya.

Lalu, intelijen AS melaporkan bahwa Iran berusaha memecah belah rakyat sebelum pemilu. Iran kemungkinan berfokus pada operasi secara online, termasuk kampanye disinformasi di media sosial dan menyebarkan konten anti-Amerika.

Kemarin, Google juga telah menghapus hampir 2.600 saluran (channelYouTube terkait Tiongkok. Akun yang dihapus umumnya mengunggah konten spam atau non-politik.

Sebagian kecil lainnya mengunggah konten dengan topik politik. “Langkah ini sebagai bagian dari penyelidikan kami, yang sedang berlangsung, terhadap ‘operasi untuk memengaruhi secara terkoordinasi’ terkait Tiongkok,” kata Google dikutip dari South China Morning Post, kemarin (6/8).

Google menghapus hampir 2.600 akun itu untuk meminimalkan penyebaran konten disinformasi di YouTube, terutama terkait pemilu.