Diminta Bayar Konten Berita di Australia, Facebook Ancam Blokir Fitur

YouTube
Ilustrasi Facebook
Penulis: Desy Setyowati
1/9/2020, 11.42 WIB

Di satu sisi, perusahaan-perusahaan media berhenti mencetak lusinan surat kabar utama di seluruh Australia karena pandemi Covid-19. Hal ini berdampak juga kepada para pengiklan.

"Ini tentang memastikan bahwa kami meningkatkan persaingan, perlindungan konsumen, dan lanskap media yang berkelanjutan,” kata Frydenberg dikutip dari The Telegraph, akhir Juli lalu (31/7).

Sebenarnya, ACCC telah menegosiasikan kode etik sukarela kepada Google dan Facebook untuk membayar konten berita. Namun, keduanya tidak setuju. “Utamanya terkait pembayaran konten ini,” kata Frydenberg.

Oleh karena itu, Australia berencana membuat UU terkait kewajiban OTT untuk berbagi pendapatan dari iklan dengan perusahaan media.

Selain Facebook, Google menilai aturan tersebut hanya membantu perusahaan media besar untuk menaikkan peringkat pencarian dan memikat lebih banyak pemirsa. Namun, tidak adil bagi pembuat konten (content creator) individu yang mencari pendapatan dari YouTube.

Alasannya, aturan tersebut mungkin mewajibkan pemberian data kepada perusahaan besar tentang sistem pemeringkatan di YouTube. “UU ini akan memengaruhi semua pengguna kami di Australia," ujar Direktur Pelaksana Google Australia Mel Silva dikutip dari Reuters, beberapa waktu lalu (17/8).

Tuntutan terhadap Facebook dan Google (Katadata)
Halaman: