Kode Keras dari Lawatan PM Baru Jepang di Tengah Kedekatan RI-Tiongkok

Humas/Agung
Presiden Joko Widodo dan PM Yoshihide Suga menyampaikan pernyataan pers bersama usai pertemuan dengan PM Jepang Yoshihide Suga, Selasa (20/10), di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
21/10/2020, 06.00 WIB

Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan istrinya, Mariko Suga di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa (20/10) sore. Kunjungan Suga seolah menunjukkan eksistensi Jepang di tengah mesranya hubungan RI-Tiongkok.

Suga yang baru bulan lalu dilantik sebagai Perdana Menteri Jepang itu tiba di Istana Kepresidenan Bogor sekitar pukul 16.05 WIB. Perbincangan antara keduanya berlangsung sekitar satu jam.

Dalam kesempatan tersebut, Suga menyatakan akan memberikan pinjaman kepada Indonesia sebesar 50 miliar yen atau sekitar Rp 6,9 triliun (kurs Rp 138,63/yen).

"Jepang telah menetapkan pemberian pinjaman sebagai bantuan fiskal 50 miliar yen untuk meningkatkan kapasaitas penaggulangan bencana (Covid-19) Indonesia," kata Suga di Bogor, Selasa (20/10).

Selain itu, Jepang juga akan mendorong kerja sama terhadap lembaga kajian kesehatan di Indonesia melalui pemberian bantuan alat medis.

Sebelumnya, Indonesia-Tiongkok menjalin kerja sama erat dalam hal penanganan Covid-19. Pemerintah misalnya, telah memesan vaksin dari tiga perusahaan farmasi Tiongkok, yakni Sinovac, Sinopharm dan CanSino. Sebagai negara pertama yang dijangkiti virus corona, penelitian di Negeri Tirai Bambu memang lebih maju.

Di luar Covid-19, untuk meningkatkan ekonomi, Jepang akan memajukan kerja sama di bidang infrastruktur. Di antara proyek yang disebut adalah pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), kereta semi cepat jalur Jakarta-Surabaya, pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Patimban, dan pembangunan pulau terluar.

Di sisi lain, Suga mengatakan kedua negara akan memulai kerja sama travel corridor arrangement. Artinya, kedua negara akan memperlonggar langkah isolasi mandiri bagi perjalanan dengan tujuan bisnis untuk jangka pendek. Hal ini juga berlaku bagi perawat dan care taker.

Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akan menegosiasikan detail travel corridor arrangement dengan Menteri Luar Negeri Jepang dalam satu bulan.

Berikut adalah Databoks yang menggambarkan kunjungan wisatawan Asia (termasuk Jepang) ke Indonesia:

Guna meningkatkan kerja sama di bidang kemanan dan pertahanan, kedua negara akan mengadakan pertemuan 2 Plus 2 dalam waktu dekat. Tak hanya itu, kedua negara akan mempercepat pembahasan pengalihan peralatan dan teknologi pertahanan.

Pada penegakan hukum laut, Jepang telah sepakat dengan Indonesia untuk mempererat kerja sama, terutama terkait dengan isu Korea Utara dan Laut Cina Selatan. Di sisi lain, Jokowi juga menyampaikan kepada Jepang agar Laut Cina Selatan dapat menjadi wilayah yang damai dan stabil.

Di luar itu, Suga meminta bantuan Indonesia agar penculikan warga Jepang oleh Korea Utara dapat segera diselesaikan.

Dalam kesempatan tersebut, Suga menambahkan, Jepang secara penuh mendukung Asean Outlook on The Indo-Pacific yang dipelopori Indonesia. "Berpijak pada hal ini, Jepang akan kerja sama dengan indoensia menjelang KTT ASEAN terkait pada November mendatang," ujar dia.

Sementara itu, Jokowi memaparkan sejumlah hal yang dibahas oleh kedua negara. Salah satunya, Indonesia menghargai komitmen dan kontribusi Jepang dalam pembentukan ASEAN Covid-19 response fund. Selain itu, Jokowi juga mengajak Jepang untuk memperkuat tata kelola kesehatan di kawasan untuk hadapi pandemi di masa datang.

"Termasuk pembentukan ASEAN Center Public Health Emergency and Emerging Diseases," katanya.

Kemudian, Indonesia menyambut baik relokasi dan perluasan investasi perusahaan Jepang di Indonesia, seperti Denso, Sagami, Panasonic, Mitsubishi Chemical, dan Toyota.

Selanjutnya, Mantan Walikota Solo itu menyinggung kendala izin impor bagi produk pertanian, perikanan, dan kehutanan dari Indonesia.

Di luar itu, Jokowi juga mendorong Jepang untuk berpartisipasi dalam Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia.

Terakhir, ia menekankan pentingnya semangat kerja sama antara kedua negara dengan memperkuat kerja sama multilateral. "Pentingnya spirit kerja sama untuk terus diperkuat di tengah rivalitas yang semakin menajam antara kekuatan besar dunia," kata dia.

Dalam acara tersebut, Jokowi juga didampingi oleh Iriana Joko Widodo. Turut hadir pula Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Indonesia Setelah Vietnam

Perdana Menteri Jepanga yang baru tersebut melakukan perjalanan ke luar negeri untuk pertama kalinya. Adapun, negara yang menjadi tujuan lawatan luar negeri pertamanya ialah Vietnam dan Indonesia.

Guru Besar Hukum Internasional UI sekaligus Rektor Universitas Jenderal A Yani, Hikmahanto Juwana menilai, selain mempererat hubungan bilateral Jepang Indonesia, ada makna politis dari kunjungan tersebut di tengah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"Paling tidak ada empat makna politis kunjungan ini," kata Hikmahanto seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Katadata, Selasa (20/10).

Pertama, Jepang ingin menegaskan kepada Indonesia bahwa keberadaan Indonesia sangat penting di mata Jepang. Jepang, lanjut dia, tidak pernah meninggalkan dan tidak akan meninggalkan Indonesia yang sedang giat dalam melakukan pembangunan. Dengan demikian, Indonesia tidak perlu bertumpu hanya pada satu negara, yaitu Tiongkok dengan kekuatan ekonomi dan teknologinya.

Berikut adalah Databoks investasi Jepang di Indonesia selama 2011-2018:

Kedua, Indonesia merupakan mitra strategis Jepang terpenting saat negara tersebut mengalami gangguan dari Tiongkok, utamanya terkait jalur pelayaran internasional.

"Ada kekhawatiran banyak negara seperti AS, Australia dan Jepang bahwa kekuatan militer dan ekonomi Tiongkok akan mendominasi laut Cina Selatan," ujar dia.

Dalam konteks ini, Jepang diperkirakan akan totalitas membantu Indonesia agar Tiongkok tidak menegaskan klaim sepihak sembilan garis putus dengan memanfaatkan nelayan dan kapal coast guard-nya untuk menghalau nelayan Indonesia.

Ketiga, Hikmahanto menilai Negeri Matahari Terbit itu ingin Indonesia menyadari bahwa perusahaan-perusahaan dan teknologi Jepang lebih unggul dan terpercaya daripada Tiongkok. Oleh karena itu, Indonesia akan memiliki alternatif dalam memilih perusahaan dan teknologi untuk pembangunan.

Terakhir, Jepang diperkirakan ingin mengajak Indonesia untuk terus mengembangkan pertumbuhan di kawasan Indo Pasifik. Selanjutnya, kawasan ini diharapkan bisa mengembangkan pertumbuhan ekonomi dengan negara-negara di Afrika.

Sebagaimana diketahui, Indonesia tengah gencar membangun hubungan dengan negara-negara di Afrika. Saat ini, Indonesia sudah membangun Indonesia Africa Infrastructure Dialog.

"Jepang akan mendukung Indonesia, bahkan bila Indonesia mengajak ASEAN dalam pengembangan hubungan dengan negara di Afrika," kata Hikmahanto.

Reporter: Rizky Alika