Inggris Danai Uji Coba Penyuntikan Virus Corona ke Tubuh Relawan

ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/hp/cf
Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri (APD) berdiri di samping jenazah seorang pria yang meninggal dunia akibat penyakit virus korona (COVID-19) sebelum dikremasi di sebuah krematorium di New Delhi, India, Senin (28/9/2020).
Penulis: Yuliawati
21/10/2020, 12.01 WIB

Pemerintah Inggris Raya mengadakan uji coba vaksin dengan menyuntikkan virus corona dalam dosis rendah. Inggris mendanai uji coba sebesar 33,6 juta poundsterling atau sekitar Rp 582 miliar untuk riset yang dikerjakan unit perusahaan Open Orphan Plc yang berbasis di London, hVivo.

Penelitian ini menyasar para relawan dari kalangan muda yang sehat. Rencananya uji coba dilakukan di unit penelitian Royal Free Hospital, London bersama Imperial College London.

Uji coba ini diharapkan menjadi titik balik perdebatan terhadap challenge study manusia dan membantu peneliti menghadapi potensi risiko. Hasil dari penelitian dinilai dapat memberi wawasan baru untuk peneliti terkait virus corona dan kandidat vaksin.

“Banyak yang dapat kita pelajari dalam hal imunitas, lamanya perlindungan vaksin, dan kemungkinan terjadinya infeksi ulang,” kata Ketua Gugus Tugas Vaksin Kate Bingham, dikutip dari Bloomberg, Selasa (20/10).

Uji coba menyuntikkan virus corona ini menjadi perdebatan etis di kalangan peneliti. Alasannya, beberapa orang muda yang sehat juga mengalami komplikasi berbulan-bulan setelah mengalami gejala ringan.

Kompetitor pengembang vaksin lainnya, Pfizer dan AstraZeneca mengatakan tidak berencana untuk melakukan studi serupa. Sedangkan perusahaan Johnson & Johnson masih mempelajari efektivitas penelitian seperti itu.

Direktur Jenner Institute Oxford University, Adrian Hill mengatakan alasan uji coba ini dilakukan di Inggirs karena peneliti dan regulator memiliki pengalaman dalam challenge study pada manusia.

Mengutip dari CNBC, hVivo sudah menjalankan banyak challenge study pada manusia yang aman untuk penyakit lain dibanding perusahaan global lainnya. 

“Dalam uji coba vaksin tradisional, semua relawan divaksinasi dan menjalani kehidupan normal. Hasilnya sebagian besar tidak terpapar secara alami sehingga bergantung pada berapa banyak penyakit yang menyebar dalam kelompok,” kata Kepala Petugas Ilmiah hVivo Andrew Catchpole, Selasa (20/10).

Untuk mengurangi risiko yang terjadi, relawan yang telah terpapar Covid-19 akan diberi terapi antivirus, seperti Remdesivir. Namun penelitian terbaru mempertanyakan keefektifan obat tersebut.

Saat ini jumlah kasus global virus corona menginfeksi lebih dari 41 juta orang yanng menyebabkan 1,12 juta orang meninggal dan 30,6 juta pasien telah sembuh. Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus terbanyak di dunia yakni 8,5 juta. Sedangkan Inggris berada di nomor urut 11 dengan jumlah 762 ribu kasus.

Hingga saat ini perusahaan farmasi masih berlomba-lomba mengembangkan vaksin virus corona dan menemukan obat yang mujarab. Sambil menanti penemuan vaksin dan obat, pemerintah Indonesia gencar menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan untuk menekan angka penyebaran virus.

Protokol kesehatan disebarkan kepada publik lewat kampanye 'Ingat Pesan Ibu'. Ini merupakan gerakan memakai masker, manjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir. Kampanye ini dikenal juga dengan Gerakan 3M.

Penyumbang bahan: Agatha Lintang

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan