Dua Bursa Kripto Ambruk Berbarengan, Otoritas Turki Kelabakan

ANTARA FOTO/REUTERS/Murad Sezer/WSJ/cf
Prajurit Turki menghadiri upacara peletakan karangan bunga di memorial Turki untuk memperingati 106 tahun Perang Dunia I Gallipoli, di tengah pandemi penyakit virus korona (COVID-19), di Canakkale, Turki, Sabtu (24/4/2021).
Penulis: Yuliawati
26/4/2021, 12.25 WIB

Pemerintah Turki kelabakan mengatasi ambruknya dua bursa mata uang kripto.  Dalam waktu berdekatan dua bursa yakni  Vebitcoin dan Thodex mengumumkan menghentikan operasinya, dengan alasan kesulitan keuangan.

Bursa kripto Vebitcoin mengumumkan menghentikan semua aktivitas transaksi di platformnya pada Jumat (23/4). Penghentian ini hanya berjarak dua hari dari pengumuman Thodex dengan alasan yang sama.

BBC melaporkan hingga Senin (26/4),  otoritas  hukum Turki menangkap empat orang yang terkait dengan platform Vebitcoin dengan tuduhan penipuan. Aparat juga menyelidiki dan memblokir akun platform tersebut. Hingga kini belum diketahui jumlah kerugian investor.

Aparat hukum Turki juga memburu orang-orang yang bekerja di bursa kripto Thodex. Saat ini sebanyak 62 orang menjalani pemeriksaan. Pemerintah Turki kini telah memblokir rekening perusahaan Thodex dan polisi menggerebek kantor pusatnya di Istanbul. Namun, aparat masih mencari pendiri Thodex, Faruk Fatih Ozer (27), yang dikabarkan melarikan diri ke luar negeri kemungkinannya ke Albania.

Bloomberg melaporkan jumlah orang yang berinvestasi di bursa Thodex sekitar 390 ribu dengan total dana investor US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29 triliun. Saat ini mereka khawatir kehilangan uangnya karena platform tersebut tak lagi aktif.

Sebelum dua bursa tersebut ambruk, pemerintah Turki mengumumkan akan melarang penggunaan cryptocurrency untuk membayar barang dan jasa mulai 30 April.

Banyak investor Turki yang berbondong-bondong berinvestasi di mata uang kripto demi melindungi uang mereka dari inflasi yang melonjak dan mata uang Lira yang tidak stabil. Inflasi di Turki mencapai 16,2% di bulan Maret, lebih dari tiga kali lipat dari target bank sentral sebesar 5%. Adapun Lira Turki melemah 10% terhadap dolar tahun ini.

Pemerintah Turki berupaya menstabilkan mata uang dan inflasi dengan menghabiskan cadangan devisa hingga US$ 165 miliar selama dua tahun terakhir. Namun, Presiden Erdogan mengatakan langkah tersebut sia-sia untuk menopang mata uang nasional.

Kekhawatiran berkurangnya cadangan devisa negara ini pula yang memicu kekhawatiran makin melemahnya Lira dan simpanan dolar, dan mendorong penabung menarik uang dan mencari investasi alternatif.

Situasi ini pun dimanfaatkan Thodex dan penjual uang kripto lainnya. Thodex berusaha menarik investor dengan menawarkan jutaan Dogecoin gratis kepada pendaftar baru. Situs webnya mengatakan 4 juta koin telah didistribusikan, meskipun banyak orang mengeluh bahwa mereka tidak pernah menerimanya.

Pada Jumat pekan lalu, volume perdagangan di pasar kripto Turki naik tiga kali lipat menjadi lebih dari US$ 1,2 miliar dari minggu sebelumnya. Adapun volume perdagangan harian rata-rata di bursa saham Turki sekitar US$ 3,1 miliar.

Dalam survei Statista, masyarakat sejumlah negara di dunia mulai memiliki atau menggunakan mata uang kripto. Dari 74 negara, Nigeria merupakan negara dengan intensitas penggunaan mata uang kripto tertinggi di dunia. Adapun masyarakat Turki di posisi ke empat, berikut grafik Databoks: