"Masalah pasokan yang membatasi produksi kemungkinan akan terus membatasi konsumsi mobil, dengan berbagai sentimen terbaru menunjukkan kekurangan bisa bertahan hingga 2022," kata ekonom Citigroup Veronica Clark seperti dikutip dari Reuters, Senin (18/10).
Dengan turunnya produksi mobil, produksi barang konsumsi turun 1,9% pada bulan lalu. Namun demikian, terdapat peningkatan produksi logam primer dan peralatan listrik, peralatan dan komponen serta furnitur dan produk terkait. Sementara output barang tidak tahan lama turun 1,0%, dengan penurunan besar dalam bahan kimia, minyak bumi dan produk batu bara.
Ekonom memperkirakan hasil produksi manufaktur masih akan lesu beberapa bulan ke depan sebagai imbas masih terganggunya rantai pasok dan tenaga kerja. "Sementara gangguan badai dan efek cuaca akan memudar, kekurangan tenaga kerja dan produk masih memburuk, yang akan terus membebani output manufaktur selama beberapa bulan dan kuartal mendatang," kata ekonom senior Capital Economics Michael Pearce.
Masalah ini telah memicu inflasi yang makin panas akibat permintaan meningkat, sementara produksi menurun karena rantai pasok belum juga terselesaikan. Pemerintah AS melaporkan inflasi bulan lalu sebesar 5,3% secara year-on-year (yoy). Ini merupakan rekor tertinggi sejak lebih dari dua dekade terakhir.
Inflasi yang lebih tinggi akibat keterbatasan produksi, mendorong belanja konsumen ikut lesu. Kondisi ini mendorong ekonom mengantisipasi bahwa pertumbuhan ekonomi negeri paman sam akan melambat tajam pada kuartal ketiga. The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III hanya 1,2%, jatuh dari pertumbuhan 6,7% pada kuartal sebelumnya.