Afrika Selatan Minta RI dll Cabut Larangan Perjalanan karena Omicron

ANTARA FOTO/REUTERS/Siphiwe Sibeko/HP/dj
Petugas kesehatan berjalan melewati sejumlah tenda yang dipasang di lapangan parkir Rumah Sakit Akademi Steve Biko, ditengah penguncian nasional akibat wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Pretoria, Afrika Selatan, Senin (11/1/2021).
Penulis: Yuliawati
29/11/2021, 13.12 WIB

Beberapa negara melarang perjalanan ke Afrika Selatan seiring khawatir dengan penyebaran varian baru virus corona Omicron.  Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengecam dan "sangat kecewa" dengan tindakan tersebut.

Ramaphosa mengatakan tidak ada dasar ilmiah untuk melarang perjalanan, dan bahwa Afrika Selatan adalah korban diskriminasi. "Satu-satunya efek larangan perjalanan ialah semakin mencederai ekonomi negara-negara terdampak dan mengurangi kemampuan mereka untuk merespons, dan memulihkan diri dari, pandemi," ujar Ramaphosa dikutip dari BBC, Senin (29/11).

Beberapa negara yang melarang di antaranya Indonesia, Inggris, AS, dan Uni Eropa. Dia meminta beberapa negara yang melarang perjalanan ke Afrika Selatan untuk mencabut aturan tersebut. "..sebelum ada kerugian yang lebih besar pada ekonomi kami."

Seorang pejabat Uni Afrika mengatakan kepada BBC bahwa munculnya varian tersebut karena persoalan ketidakadilan akses terhadap vaksin. Salah satunya akibat negara-negara berpenghasilan tinggi di dunia yang menimbun vaksin.

"Apa yang terjadi saat ini tidak dapat dihindari, ini adalah akibat dari kegagalan dunia untuk memvaksinasi secara adil, mendesak dan cepat," kata ketua bersama aliansi pengiriman vaksin Uni Afrika, Ayoade Alakija.

WHO mengkatekorikan Omicron sebagai "variant of concern". Varian yang telah mengalami banyak mutasi itu pertama kali dilaporkan kepada WHO oleh Afrika Selatan pada Rabu (24/11), dan bukti-bukti awal menunjukkan ada risiko tinggi re-infeksi dengan varian tersebut.

Kasus varian baru Covid-19, Omicron menyebar dengan cepat sejak diidentifikasi pertama kali di Afrika Selatan dan sudah terindentifikasi di sembilan negara. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikit menyebut varian Omicron memiliki mutasi-mutasi buruk dari varian sebelumnya, yakni Alfa, Gama, dan Delta.

“Kenapa varian Omicron ini menjadi varian of concern sangat cepat? Karena varian ini mutasinya sangat banyak dan mutasi-mutasi yang berbahaya dari mutasi sebelum-sebelumnya ada di sini,” ujar Budi dalam konferensi pers, Minau (28/11).

Varian ini, menurut dia, memiliki 50 mutasi virus. Dari jumlah tersebut, 30 mutasi berada di spike protein atau mahkota virus. Ia mengatakan, banyak mutasi buruk dari varian Delta, Alfa, dan Gama yang diindentifikasi berada pada varian ini.

Adapun mutasi buruk terbagi ke dalam tiga kelompok:
1. Mutasi yang meningkatkan keparahan.
2. Mutasi meningkatkan transmisi atau penularan lebih cepat
3. Mutasi yang mampu menurunkan kemampuan antibodi Covid-19 dari infeksi sebelumnya atau vaksin.

Budi menjelaskan, studi terkait varian baru ini masih berjalan sehingga belum ada kepastian terkait ketiga kemampuan virus ini. Ia menekankan identifikasi virus ini merupakan bidang dari virologist atau ahli virus.

“Terkait meningkatkan keparahan hingga saat ini belum ada identifikasi. Sedangkan untuk kemungkinan terkait lebih cepat menular dari varian delta dan bisa menurunkan kemampuan antibodi, kemungkinan besar demikian,” kata dia.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan