Ekonominya Bangkrut, Sri Lanka Kehabisan BBM

ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/WSJ/sad.
Orang-orang mengantre untuk membeli tangki bensin domestik di dekat distributor, di tengah krisis ekonomi, di Kolombo, Sri Lanka, Senin (23/5/2022).
Penulis: Happy Fajrian
27/6/2022, 15.17 WIB

Pemerintah Sri Lanka tengah berjuang untuk mengamankan pasokan bahan bakar minyak (BBM) di tengah krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade terakhir. Saat ini negara berpenduduk 22 juta orang ini hanya memiliki stok 15.000 ton bensin dan solar untuk beberapa hari ke depan.

Krisis keuangan membuat cadangan devisa negara pulau ini menyusut ke rekor terendah. Kondisi ini membuat Sri Lanka kesulitan dalam membayar impor penting seperti bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.

“Kami berjuang untuk menemukan pemasok. Mereka enggan menerima letter of credit dari bank kami. Ada lebih dari US$ 700 juta dalam pembayaran yang telah jatuh tempo sehingga sekarang pemasok menginginkan pembayaran di muka,” kata Menteri Tenaga dan Energi, Kanchana Wijesekera, seperti dikutip dari CNN, Senin (27/6).

Dalam dua bulan terakhir, Sri Lanka menerima sebagian besar bahan bakar melalui jalur kredit dari India senilai US$ 500 juta, yang sudah habis pada pertengahan Juni. “Pengiriman bensin yang dijadwalkan Kamis lalu gagal tiba dan belum ada pengiriman baru yang dijadwalkan,” kata Wijesekera.

Dia menambahkan bahwa saat ini Sri Lanka hanya memiliki sekitar 9.000 metrik ton solar dan 6.000 metrik ton bensin. “Kami melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan stok baru, tapi kami tidak tahu kapan itu akan terjadi,” kata dia.

Selain stok yang menipis, Sri Lanka juga mengalami kenaikan harga bahan bakar yang tinggi, antara 12-22% pada Minggu (26/6). Sebelumnya, kenaikan harga pada bulan Mei telah mendorong inflasi ke level 45,3%, tertinggi sejak 2015.

Perusahaan minyak dan gas milik negara Sri Lanka, Ceylon Petroleum Corporation (CPC) telah menaikkan harga solar untuk transportasi umum sebesar 15% menjadi 460 rupee atau sekitar Rp 18.800 per liter, sedangkan bensin naik 22% menjadi 550 rupee atau Rp 22.500 per liter.

Wijesekera mengatakan bahwa CPC tidak dapat mengatakan kapan pasokan minyak segar akan datang. Perusahaan juga telah menutup satu-satunya kilang di Sri Lanka karena kekurangan minyak mentah.

“Orang-orang, yang sudah menunggu dalam antrean panjang bermil-mil, mengular di luar pompa, tidak mungkin mendapatkan bahan bakar karena pemerintah akan fokus untuk mengeluarkan stok yang tersisa untuk transportasi umum, pembangkit listrik dan layanan medis,” kata Wijesekera.

Sementara itu militer telah dikerahkan di stasiun bahan bakar untuk meredam kerusuhan. Sekarang pihak militer akan memberikan token kepada mereka yang menunggu, terkadang berhari-hari, untuk membeli bahan bakar. Namun pelabuhan dan bandara akan diberikan jatah bahan bakar lebih dulu.

Secara terpisah, pemerintah Sri Lanka telah meminta sekitar satu juta pegawai negeri untuk bekerja dari rumah hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Delegasi dari Departemen Keuangan dan Luar Negeri AS tiba di Kolombo untuk kunjungan tiga hari pada hari Minggu untuk menilai situasi. Sebuah tim dari Dana Moneter Internasional sudah berada di Sri Lanka untuk membicarakan kemungkinan paket bailout sebesar US$ 3 miliar.