Sepak Terjang Eks PM Jepang Shinzo Abe hingga Terbunuh Saat Kampanye

ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/wsj/dj
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe melepaskan maskernya saat tiba untuk memberi keterangan kepada media mengenai tanggapan pemerintah mengenai virus corona (COVID-19) di kediamannya di Tokyo, Jepang, Senin (6/4/2020).
Penulis: Happy Fajrian
8/7/2022, 17.42 WIB

Abenomics termasuk tiga kebijakan, yang ia sebut sebagai anak panah ekonomi, di antaranya stimulus moneter besar-besaran, peningkatan pengeluaran pemerintah, dan reformasi struktural.

Sekutu Abe memuji rencana untuk menghidupkan kembali ekonomi negara dan meningkatkan kepercayaan konsumen dan investor. Tetapi setelah awal yang kuat, ekonomi Jepang kembali goyah. Pada 2015 Abe menembakkan tiga panah baru yang dirancang untuk meningkatkan PDB.

Namun sebelum tiga panah baru tersebut mencapai targetnya, Covid-19 mulai terdeteksi di Jepang pada 2020 dan kebijakan pengendalian pandemi membawa negara itu masuk ke dalam jurang resesi.

Salah satu pencapaian domestik utama Abe adalah mengamankan Olimpiade Tokyo 2020. Abe membuat gembira para penggemar video game di seluruh dunia ketika ia terkenal berpakaian sebagai ikon Jepang Super Mario selama upacara penutupan Olimpiade Rio 2016, untuk memperkenalkan Tokyo sebagai kota tuan rumah berikutnya.

Dikesampingkan Amerika dan Membuat Marah Cina

Sebagai PM, Abe dikenang karena kebijakannya untuk meningkatkan anggaran pertahanan telah merubah muka kebijakan militer Jepang dalam 70 tahun. Pada 2015, pemerintahan Abe meloloskan interpretasi ulang kebijakan pasif militer Jepang pasca Perang Dunia 2 yang memungkinkan pasukan Jepang untuk terlibat pertempuran di luar negeri dengan syarat yang ketat.

Abe berpendapat perubahan itu diperlukan untuk menanggapi lingkungan keamanan yang lebih menantang, terutama dalam menghadapi aksi militer Cina di Laut Kuning, Laut Cina Timur, dan Laut Cina Selatn, serta uji coba rudal yang sering dilakukan oleh Korea Utara.

Kiprah Abe di panggung geopolitik juga mendapat sorotan. Selama masa jabatannya Abe berusaha untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan Beijing melalui panggilan telepon bersejarah dengan Presiden Cina Xi Jinping pada 2018.

Pada saat yang sama, Abe juga membangun hubungan yang kuat dengan Amerika dan pada 2016 berusaha untuk membangun hubungan pribadi dengan mantan Presiden Amerika Donald Trump yang ketika itu baru terpilih sementara mantan Presiden Barack Obama masih menjabat.

Dia sangat mendukung sikap keras awal Trump terhadap Korea Utara yang sejalan dengan pandangannya. Namun ketika Trump mulai membangun diplomasi dengan Presiden Korea Utara Kim Jong Un melalui bantuan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Abe mulai merasa dikesampingkan.

Selama masa jabatannya, hubungan Jepang dengan Korea Selatan memburuk. Kedua negara terlibat dalam perselisihan besar di mana kesepakatan perdagangan dan intelijen militer dibatalkan, sebagian karena warisan Perang Dunia II dan penjajahan brutal Jepang di Semenanjung Korea.

Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada 2020 karena masalah kesehatan, Abe yang masih menjabat sebagai kepala faksi terbesar LDP membuat marah Cina dengan menyerukan komitmen besar Jepang dan negara-negara sekutunya untuk membela demokrasi di Taiwan.

Sebagai tanggapan, Beijing memanggil duta besar Jepang dan menuduh Abe secara terbuka telah menantang kedaulatan Cina.

Halaman: