Konflik di Ukraina telah mendorong pelanggan Uni Eropa untuk mengurangi pembelian energi dari Rusia, sementara negara-negara anggota G7 dan Uni Eropa mencoba untuk menetapkan batasan harga pada minyak dan gas Rusia.
Uni Eropa tengah menyiapkan sebuah proposal untuk meluncurkan pembelian gas bersama dengan membuat patokan harga gas alternatif.
Sebanyak 27 negara Uni Eropa sedang merencanakan langkah untuk menstabilkan harga untuk energi, karena Eropa menuju musim dingin dengan gas Rusia yang langka, krisis biaya hidup, serta ancaman resesi yang membayangi.
Sebagai perusahaan negara milik pemerintah Rusia yang menyuplai sebagian besar gas mereka Eropa, Gazprom pun memberikan respons terhadap rencana G7 dan Uni Eropa.
CEO Gazprom, Alexei Miller, mengatakan rencana untuk membatasi harga ekspor gas Rusia akan menyebabkan mereka menghentikan pasokan.
Pernyataan ini senada dengan ancaman yang disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Keputusan sepihak seperti itu tentu saja merupakan pelanggaran kontrak yang ada, yang akan mengarah pada penghentian pasokan," kata Miller dalam komentar yang disiarkan di televisi pemerintah, seperti dikutip Reuters, Minggu (16/10).
Putin bulan lalu telah mengancam akan memotong pasokan energi jika batas harga diberlakukan. Pihaknya juga memperingatkan negara-negara Barat, bahwa kebijakan semacam itu akan "dibekukan" seperti ekor serigala dalam dongeng Rusia yang terkenal.
Terlepas dari ancaman Putin, menyitir laporan Guardian, para pemimpin G7 tampaknya akan menghindari penerapan batas harga pada gas dan minyak Rusia. Inisiatif ini bertujuan melucuti Rusia dari sumber pendapatan terbesarnya untuk membiayai perang di Ukraina.
Sebab dalam 6 bulan perang dengan Ukraina, Rusia mampu mengantongi pendapatan €158 miliar atau sekitar Rp2,3 kuadriliun (kurs Rp15.601 per euro) dari ekspor komoditas energi fosil mencakup minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.
Hal ini diungkapkan lembaga riset asal Finlandia, Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), dalam laporan Financing Putin's War yang dirilis awal Oktober 2022.
Sebab sebelumnya para pemimpin ekonomi barat telah menjanjikan adanya pembatasan, yang terakhir dilakukan pada pertemuan tingkat menteri keuangan G7 pada 2 September. Rencana pembatasan seharusnya mulai berlaku pada 5 Desember mendatang.
Tetapi pernyataan G7 terbaru hanya membuat komentar umum tentang komitmen terus bekerja sama untuk memastikan keamanan energi dan daya beli di negara-negara G7.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, telah mendesak pertemuan itu untuk memberlakukan batasan harga yang ketat, dengan menyerukan "tidak ada keuntungan bagi negara teroris".
Referensi singkat G7 mencerminkan keraguan di dalam Uni Eropa, terutama Jerman, mengenai kebijaksanaan skema tersebut. Sebab ada kekhawatiran bahwa Rusia akan melarang semua ekspor energi ke negara mana pun yang menerapkan batas harga, sehingga mendorong harga minyak lebih tinggi, dan menempatkan tekanan Rusia yang lebih berat di Eropa untuk mengurangi dukungannya terhadap tujuan perang Ukraina.