Presiden Cile Gabriel Boric mengatakan, bahwa ia akan menasionalisasi industri lithium, untuk meningkatkan ekonominya dan melindungi lingkungannya. Nasionalisasi LIthium Cile ini, akan mengalihkan kendali operasi dari raksasa industri SQM dan Albemarle ke perusahaan milik negara yang akan segera dibentuk.
Kebijakan yang diambil Cile ini menimbulkan tantangan baru bagi produsen kendaraan listrik (electic vehicle/EV) yang tengah berjuang mengamankan bahan baku baterai, karena semakin banyak negara berupaya melindungi sumber daya alamnya.
Seperti diketahui, tahun lalu Meksiko juga menasionalisasi cadangan lithiumnya. Sebelumnya, pada 2020 Indonesia melarang ekspor bijih nikel, bahan baterai utama.
Mengutip Buenos Aires Herald, Sabtu (22/4), Meksiko bekerja sama dengan pemerintah Argentina, Bolivia, dan Cile untuk membuat asosiasi lithium sehingga negara-negara tersebut, yang bersama-sama memiliki lebih dari setengah cadangan dunia, dapat berbagi keahlian mereka untuk mengeksploitasi mineral tersebut.
"Ini adalah kesempatan terbaik yang kita miliki untuk beralih ke ekonomi yang berkelanjutan dan maju. Kami tidak boleh menyia-nyiakannya," kata Boric dalam pidatonya.
Ia menyebutkan, kontrak lithium di masa depan hanya akan dikeluarkan dalam bentuk kemitraan publik-swasta dengan kontrol negara.Pemerintah Cile sendiri tidak akan menghentikan kontrak saat ini, tetapi berharap perusahaan swasta akan terbuka untuk berpartisipasi sebelum berakhirnya kontrak.
Sebagai informasi, saat ini produksi lithium di Cile dipegang oleh Albemarle dan SQM, yang masing-masing merupakan produsen lithium terbesar di dunia. Kontrak SQM akan berakhir pada 2030 dan kontrak Albemarle pada 2043.
SQM, secara resmi bernama Sociedad Quimica Y Minera de Chile, dan Albemarle, memasok Tesla Inc, LG Energy Solution Ltd, serta produsen kendaraan listrik dan baterai lainnya.
Boric mengatakan, Codelco selaku produsen tembaga terbesar di dunia yang berstatus sebagai perusahaan milik negara, akan ditugaskan untuk menyusun peta jalan untuk perusahaan lithium milik negara. Ia pun akan meminta persetujuan dari Kongres untuk rencana tersebut pada paruh kedua tahun ini.
Pengumuman rencana nasionalisasi ini, segera memicu reli harga lithium di Asia dalam perdagangan yang bergejolak pada Jumat (21/4), karena meredakan kekhawatiran pasar atas kelebihan pasokan yang dipicu oleh penurunan tajam tahun ini dalam penjualan EV di China, pasar mobil terbesar di dunia.
Pasar berjangka lithium karbonat yang paling banyak diperdagangkan di Wuxi Stainless Steel Exchange di China melonjak 11% setelah jatuh hampir 11% sebelumnya. Harga spot lithium sendiri telah anjlok lebih dari 70% dari puncak November 2022.
"Ketika atau jika pembuat baterai memperbarui kontrak mereka dengan perusahaan lithium di Cile, kondisi kontrak kemungkinan akan menjadi lebih sulit daripada yang mereka lihat di masa lalu ketika tidak ada keterlibatan negara," kata Analis Samsung Securities Cho Hyunryul.
Para analis menilai, langkah nasionalisasi tersebut kemungkinan akan memacu pergeseran investasi lithium di masa depan ke negara lain termasuk Australia, produsen terbesar dunia.
"Stabilitas kebijakan sangat penting untuk setiap proyek pertambangan. Yurisdiksi yang ramah pertambangan seperti Australia akan menjadi tempat di mana dana tambahan diinvestasikan," kata Analis JBWere Harsh Bardia.