Kita hidup di lingkungan yang memiliki banyak perbedaan yang beragam, mulai dari ras, suku, agama, hingga jenis kelamin. Perbedaan tersebut merupakan bentuk diferensiasi sosial.
Diferensiasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat secara horizontal, artinya pembedaan ini masih memiliki derajat atau tingkatan yang sama. Sebagai contoh, pembedaan masyarakat yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis suku bangsa, agama, pekerjaan, dan jenis kelamin tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah antara satu dengan lainnya.
Menurut Soerjono Soekanto, hal ini merupakan bentuk dari variasi pekerjaan, prestise, dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat. Artinya, diferensiasi itu bisa menunjukkan keragaman yang dimiliki suatu bangsa.
Contohnya saja di Indonesia, ada banyak keragaman yang sangat banyak dan bisa menjadi potensi dalam pembangunan baik dari suku, adat-istiadat, bahasa, budaya, agama, dan lain sebagainya. Sampai sini kita bisa ketahui bahwa konsep ini lebih diartikan sebagai keberagaman yang bersifat horizontal, bukan sebagai pembeda kelas yang bersifat vertikal.
Ciri-Ciri Diferensiasi Sosial
Ciri-ciri diferensiasi sosial terbagi atas ciri fisik, ciri sosial, dan ciri budaya.
1. Ciri-ciri fisik berhubungan dengan sifat yang dibawa oleh ras seperti bentuk dan warna rambut, postur tubuh, warna mata, dan lain sebagainya.
2. Ciri-ciri sosial ialah ciri yang berkaitan dengan fungsi individu dalam bermasyarakat. Kita semua pasti tahu bahwa setiap individu dalam masyarakat memiliki tugas yang berbeda berkaitan dengan profesi, pekerjaan, atau mata pencaharian.
3. Ciri-ciri budaya berhubungan dengan adat-istiadat maupun kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat. Di Indonesia ada banyak sistem budaya yang menjadi ciri khasnya masing0masing seperti yang terdapat pada masyarakat Jawa, Bali, Sunda, Madura, Batak, Dayak, dan lain sebagainya.
Jenis-Jenis Diferensiasi Sosial
Ada berbagai jenis kategori sosial di masyarakat yang merupakan kriteria dari terjadinya diferensiasi sosial.
Jenis diferensiasi sosial dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Diferensiasi Tingkatan atau Rank Differentiation
Jenis diferensiasi tingkatan ini muncul karena adanya ketimpangan pada penyaluran barang maupun jasa di suatu daerah. Ketimpangan tersebut dapat menyebabkan barang maupun jasa memiliki perbedaan harga.
Perbedaan harga di suatu daerah terjadi sebab penyaluran barang maupun jasa harus melalui beberapa pihak untuk sampai ke tujuan sebenarnya.
2. Diferensiasi Fungsional atau Functional Differentiation
Jenis diferensiasi yang kedua merupakan pembagian kerja yang muncul karena adanya orang atau individu yang melakukan suatu pekerjaan yang berbeda atau berlainan. Hal ini dapat dilihat di suatu lembaga sosial. Ada perbedaan pembagian penugasan atau pembagian kerja yang dapat menyebabkan setiap individu harus melaksanakan kewajiban sesuai fungsinya masing-masing.
3. Diferensiasi Kultural atau Cultural Differentiation
Jenis ketiga dari diferensiasi sosial ini muncul dikarenakan aturan berperilaku yang tepat serta berbeda menurut situasi tertentu. Peraturan berperilaku ini disebut pula dengan norma yang memiliki tujuan untuk mengatur ketertiban dalam bermasyarakat dan kemungkinan berbeda di setiap daerahnya.
Bentuk Diferensiasi Sosial
Masyarakat pada dasarnya dapat dibedakan atau terdiferensiasi menurut beberapa kriteria seperti pada ketiga ciri diferensiasi sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain dibedakan atas cirinya, masyarakat juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk dari diferensiasi sosial.
1. Jenis Kelamin
Bentuk pertama dari diferensiasi sosial adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini tergolong sebagai bentuk diferensiasi sosial karena tidak dapat menunjukan perbedaan tingkatan atau dapat dibedakan secara horizontal.
Pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki derajat dan posisi yang sama. Secara hakiki, perbedaan antara laki-laki maupun perempuan bersifat horizontal karena hanya menyangkut bentuk serta sifat dasar yang berbeda dari jenis kelaminnya.
Walaupun demikian, terkadang ada pandangan yang menilai bahwa laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan dan dapat melakukan pekerjaan berat. Sejatinya, perempuan memang memiliki fisik yang cenderung lebih lemah dibandingkan laki-laki.
Namun, pandangan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai patokan untuk menilai bahwa laki-laki memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Kondisi tersebut terjadi karena semata-mata merupakan karena kecenderungan alamiah yang ada pada masing-masing diri laki-laki maupun perempuan.
2. Klan
Klan yang dimaksud pada bentuk diferensiasi sosial di sini adalah suatu satuan sosial dengan anggota yang memiliki hubungan kekerabatan. Anggota klan tersebut tergabung karena didasari pada hubungan darah maupun garis keturunan atau genealogis.
Kelompok kekerabatan berdasarkan garis keturunan dari pihak ibu dikenal sebagai matrilineal, sedangkan kelompok kekerabatan berdasarkan garis keturunan bapak disebut sebagai patrilineal.
Contohnya, seperti klan yang dapat ditemui pada masyarakat Batak. Masyarakat Batak hingga kini masih menerapkan sistem marga, umumnya marga anak merupakan turunan dari bapaknya. Contohnya seperti marga Harahap, Simanjuntak maupun marga Nasution.
3. Suku Bangsa
Suku bangsa merupakan bentuk ketiga dari diferensiasi sosial. Suku bangsa terbentuk karena kesadaran individu yang ditandai dengan adanya kesatuan pada karakteristik, pola perilaku, adat istiadat, asal usul serta kebudayaan.
Seperti halnya ciri kebudayaan, bentuk suku bangsa pada diferensiasi sosial di Indonesia memiliki jumlah yang banyak dan masing-masing memiliki kekhasan maupun keunikannya tersendiri. Sehingga, suku bangsa tidak dapat dijadikan sebagai patokan bahwa seorang individu memiliki derajat yang tinggi karena berasal dari suatu suku bangsa tertentu.
Tiap-tiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki persamaan derajat, martabat maupun harkatnya serta semua suku bangsa dijamin oleh konstitusi hukum Indonesia sama rata.
4. Ras
Setiap individu lahir dari orang tua dengan latar belakang ras tertentu serta memiliki ciri fisik yang sifatnya khas. Karena, setiap individu adalah unik sehingga tidak dapat dikatakan bahwa ras tertentu memiliki nilai yang lebih baik dari ras lainnya. Membedakan seorang individu dan menilai derajat seseorang berdasarkan rasnya merupakan tindakan diskriminatif.
- Ras Australoid merupakan ras yang memiliki ciri khas fisik yaitu tubuh sedang dengan rambut keriting, mata yang hitam, bibir tebal serta kulit berwarna hitam.
- Ras Mongoloid adalah ras yang memiliki ciri khas fisik rambut lurus, mata yang sipit, memiliki kulit berwarna kuning dan bibir tipis.
- Ras Cucasaois merupakan ras yang memiliki ciri khas fisik yang umumnya dimiliki oleh penduduk asli di wilayah Eropa maupun Asia Utara.
- Ras Negroid adalah ras yang memiliki ciri khas fisik yang umumnya dimiliki oleh penduduk asli dari wilayah Afrika serta sebagian wilayah Asia.
5. Agama
Umumnya, setiap individu memiliki agama. Agama ini memiliki fungsi sebagai sebuah pedoman untuk kehidupan manusia. Agama tidak memiliki tingkatan dan tidak dapat dijadikan sebagai faktor penentu bahwa individu memiliki derajat yang lebih tinggi atau rendah karena agama yang dianutnya.
Setiap individu yang memilih untuk menganut agama tertentu, maka individu tersebut telah siap serta dengan yakin bahwa apa yang ia Yakini adalah hal yang benar, oleh karena itu agama tidak dapat dibandingkan.
Semua agama mengatur serta mengajarkan kebaikan, agama juga mengatur hubungan baik antar manusia serta hubungan manusia dengan Tuhan yang diyakininya. Ada beberapa agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu serta beberapa sistem kepercayaan tradisional yang tumbuh di masyarakat.
6. Profesi
Bentuk diferensiasi sosial yang terakhir ini terdapat pula pada ciri sosial diferensiasi sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Setiap profesi maupun pekerjaan yang ada di masyarakat memiliki fungsinya masing-masing.
Hal ini dikarenakan profesi merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan keahlian khusus, oleh karena itu setiap profesi tidak dapat dibandingkan dan tidak dapat dijadikan sebagai faktor pembeda yang menentukan bahwa individu dengan profesi tertentu memiliki derajat atau tingkat yang lebih tinggi.
Setiap profesi yang ada di masyarakat berjasa bagi kehidupan, oleh karena itu profesi tersebut hadir karena dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh Diferensiasi Sosial
Berikut adalah beberapa contoh dari diferensiasi sosial menurut bentuk-bentuknya.
- Perbedaan warna kulit yang ada di masyarakat Indonesia, seperti warna kulit putih, kuning langsat, sawo matang, hitam, coklat dan lain sebagainya.
- Penggolongan masyarakat Indonesia menurut agamanya seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu.
- Penggolongan masyarakat Indonesia menurut marga pada sukunya, seperti marga Nanggolian, Siahaan, Butar-butar Sinaga, Situmorang di suku Batak.
- Penggolongan masyarakat berdasarkan rasnya, seperti Mongoloid, Kaukasoid. Negroid dan lain sebagainya.
- Penggolongan masyarakat Indonesia menurut sukunya, seperti suku Jawa, Batak, Madura, Sunda dan lainnya.
- Penggolongan masyarakat Indonesia menurut profesi atau pekerjaannya, contohnya seperti karyawan, pemegang saham, pengusaha, buruh dan lainnya.
- Penggolongan masyarakat menurut adatnya, seperti adat Bali, adat Jawa, adat Sunda, adat Batak dan lainnya.
Itulah beberapa contoh dari diferensiasi sosial yang ada di Indonesia. Contoh-contoh tersebut sesuai dengan pengertian diferensiasi sosial yang mengatakan bahwa pembeda pada masyarakat bersifat horizontal atau tidak dapat dijadikan sebagai faktor untuk menentukan derajat seorang individu.