Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta solusi swasembada garam nasional bisa dipersiapkan agar masalah sengkarut garam untuk industri bisa terselesaikan. Minimnya kebutuhan garam industri akan mengganggu kegiatan usaha karena berpotensi menyebabkan operasional pabrik berhenti beroperasi.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky Widjaja menyatakan perencanaan swasembada harus jelas investasi dan target pemenuhannya untuk industri. “Lahannya harus sudah siap terlebih dulu dan harus ada yang mau investasi,” kata Franky di sela acara Jakarta Food Security Summit di Jakarta Convention Center, Jumat (9/3).
(Baca : Swasembada Garam Diprediksi Sulit Tercapai)
Dia juga menekankan agar selama masa transisi menuju swasembada garam nantinya tidak menyulitkan pelaku industri. “Jangan sampai kekurangan karena dampaknya besar kalau main potong, sedangkan kemampuan kita memenuhi belum siap,” tuturnya.
Menurutnya, produksi garam dalam negeri pasti akan diminati asalkan standar produksinya sesuai dan jumlah pasokannya mencukupi.
(Baca juga : Pengusaha Makanan Sebut Mutu Garam Lokal Tak Sesuai Kebutuhan)
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya memastikan bahwa impor garam industri bakal dihentikan mulai 2021. Sebanyak 30 ribu hektare lahan di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan disiapkan dalam dua tahun ke depan sebagai lahan garam. “Sekarang sudah ada lebih dari 5 ribu hektare yang mulai jalan,” ujar Luhut.
Nantinya, lahan garam tersebut yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan garam domestik, termasuk mesin prosesnya. Tujuannya agar ongkos produksi lebih murah sehingga hasilnya juga bisa diekspor.
Selain persiapan lahan, Luhut juga tengah menyiapkan infrastruktur pendukung. Di antaranya adalah listrik dan akses transportasi jalan.