Harga minyak kembali mencatat kenaikan pada perdagangan Kamis (26/12), setelah sempat menurun. Kenaikan harga minyak antara lain dipicu oleh optimisme pasar terkait kesepatan dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok hingga komitmen pengurangan produksi minyak anggota OPEC.
Berdasarkan data Reuters, harga minyak jenis Brent pada pukul 08.24 WIB naik 7 sen menjadi US$ 67,27 per barel pada pembukaan hari ini setelah sesi sebelumnya ditutup di level US$ 67,20 setelah mengalami kenaikan 81 sen. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 16 sen menjadi US$ 61,27 per barel.
OPEC dan sekutu sepakat pada November lalu untuk memperpanjang pembatasan produksi sejak 2017. Dengan pengurangan produksi, sebanyak 2,1 juta barel per hari (bpd) diharapkan dapat dikeluarkan dari pasar, atau sekitar 2% dari permintaan global.
(Baca: Tiga Pekan Menguat, Harga Minyak Kembali Tertekan Akibat Isu Pasokan)
Meski begitu, Kepala penelitian pasar minyak di Rystad Energy Bjornar Tonhaugen mengatakan OPEC perlu melakukan usaha ekstra untuk menyeimbangkan pasar secara berkelanjutan.
Di sisi lain, pasar juga masih mencermati perkembangan perjanjian dagang AS dan Tiongkok. Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan mengadakan upacara penandatanganan untuk menandatangani fase pertama dari kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok yang disepakati bulan ini.
(Baca: Harga Minyak Dunia Stabil di Tengah Turunnya Stok Minyak AS)
Seperti diketahui, ketegangan perdagangan antara kedua negara telah membebani pasar minyak karena khawatir bakal ada perlambatan permintaan global.
Tak hanya itu, pasar juga menghadapi tantangan meningkatnya pasokan setelah Kuwait dan Arab Saudi meneken kesepakatan Selasa lalu di Zona Netral. Kesepakatan ini memungkinkan kedua negara menambah pasokan tahun depan.
Pasalnya, perjanjian tersebut bertujuan untuk mengakhiri perselisihan lima tahun antara anggota OPEC dan membuka kembali ladang yang dapat menghasilkan 0,5 juta barel per hari, atau 0,5% dari pasokan global.