Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengungkapkan sejumlah capaian sektor energi, khususnya tiga program andalan pemerintahan Presiden Joko Widodo, yaitu elektrifikasi seluruh daerah Indonesia, BBM Satu Harga, dan bauran energi baru dan terbarukan. Hal tersebut diungkapkan menjelang berakhirnya masa jabatan menteri Kabinet Kerja pada pekan ini.
Jonan menyatakan, rasio elektrifikasi dalam lima tahun terakhir naik dari 85% menjadi 98,9%. "Jadi kira-kira 14% lebih tambahannya," katanya di Jakarta, Senin (14/10).
Peningkatan rasio elektrifikasi ke depan memang semakin sulit karena daerahnya terpencil. Tapi Jonan berharap, sampai akhir tahun nanti rasionya bisa mencapai 99% atau 99,1% hingga 99,2%. "Harapan kami nanti 2020 itu selesai 100%, saudara-saudara bisa menikmati penerangan."
Rasio elektrifikasi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 memang ditargetkan mencapai 99,9%. Hingga Juli 2019, rasio elektrifikasi telah mencapai 98,8%. Berikut Databoks terkait rasio elektrifikasi dalam 20 tahun :
(Baca: Pertamina Tuntaskan Pembangunan 161 Titik BBM Satu Harga)
Capaian berikutnya terkait program BBM Satu Harga yang telah mencapai target 170 titik pada tahun ini. Jonan pun menargetkan lembaga penyalur BBM Satu Harga bisa bertambah 330 titik dalam lima tahun ke depan. Sehingga pada 2024 terdapat 500 lembaga penyalur BBM Satu Harga.
Pasalnya, banyak wilayah yang belum memiliki lembaga penyalur BBM Satu Harga. "Kira-kira ada 1.000 kurang lebih kecamatan yang tidak ada SPBU-nya," ujarnya.
Lebih lanjut Jonan mengaku mendapatkan tantangan dalam mencapai target bauran energi sebesar 23% pada 2025. Dia telah mendorong penerapan biodiesel di sektor transportasi, seperti penerapan B30 mulai tahun depan.
Selain itu, dia juga berusaha meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) di sektor kelistrikan. Namun pencapaian bauran energi di sektor kelistrikan baru mencapai 12%.
Ini lantaran minimnya penggunaan EBT dalam sektor kelistrikan. Jonan pun berharap pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT bisa jauh lebih masif dalam lima tahun ke depan menyusul berkembangnya teknologi yang lebih murah.
"Ini tantangan berat. Saya sudah bilang PLN harus lebih terbuka supaya pembangunan listrik dari energi terbarukan. Terserah PLN mau bangun sendiri bisa, Independent Power Producer bisa," kata Jonan.
(Baca: Kapasitas Listrik Tiongkok 15 Kali RI, Jonan Dorong Pembangkit Baru)
Biarpun begitu, International Renewable Energy Agency (IRENA) mencatat produksi EBT di Indonesia pada 2000 sebesar 19.599,8 GWH. Angka tersebut meningkat 111% menjadi 41.314 GWH pada 2017.
Sedangkan kapasitas terpasang listrik EBT pada 2010 baru 5.475,4 MW. Namun, pada 2018 kapasitas terpasang listrik EBT naik 73% menjadi 9.484 MW. Selengkapnya dapat dilihat dalam Databoks berikut ini :