Pertamina menyatakan kesiapannya untuk menerapkan teknologi lanjutan alias enhanced oil recovery (EOR) di Blok Rokan. Sebelumnya Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto meminta Pertamina langsung menerapkan EOR kimia secara penuh di blok tersebut pada 2021.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H.Samsu mengatakan pihaknya serius menerapkan teknologi tersebut. "Pada dasarnya kami menaruh perhatian yang sangat serius untuk EOR secara keseluruhan," ujar Dharmawan ke Katadata.co.id pada Selasa (3/9).
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman ketika dihubungi secara terpisah menyatakan EOR dilakukan untuk mengantisipasi alih kelola Blok Rokan dari Chevron oleh Pertamina pada 2021.
"Pertamina telah melakukan preliminary portfolio, screening dan penetapan prioritas untuk target lapangan-lapangan yang dapat dioptimasikan melalui kegiatan Primary, Secondary Recovery (Waterflood) dan Tertiary Recovery (Steamflood dan Chemical EOR) agar produksi minyak dapat ditingkatkan saat alih kelola," ujar Fajriyah.
(Baca: Eksplorasi dan EOR Jaga Asa Capai Produksi Minyak 1 Juta BOPD di 2030)
Pertamina pun akan melakukan studi subsurface di beberapa lapangan yang akan dimulai pada 2020. Pertamina akan bersinergi dengan institusi atau lembaga penelitian atau universitas dalam negeri untuk mempercepat rencana pengembangan Blok Rokan.
"Hasil studi ini akan menjadi dasar rencana kerja Pertamina pada awal pengelolaan Blok Rokan," katanya.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas memang meminta Pertamina menerapkan EOR kimia secara penuh di Blok Rokan lebih cepat dari perkiraan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yaitu pada 2023. Hal tersebut dilakukan demi menjaga produksi minyak blok tersebut.
Apalagi Pertamina bisa menggunakan data uji coba EOR yang telah dilakukan Chevron di Lapangan Minas, di Blok Rokan. Status data tersebut adalah milik negara.
(Baca: Pertamina Mengebor Lima Sumur Eksplorasi Sepanjang Semester I 2019)